BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Perkembangan tasawuf di Indonesia
Sejarah perkembangan tasawuf
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian islam di Indonesia. Sejak
masuknya islam di Indonesia, unsur
tasawuf telah mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga
saat ini pun. Nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari pengalaman keagamaan sebagian kaum muslimin Indonesia.
Perlu kita ketahui bahwa dari sekian banyak naskah lama yang
berasal dari Sumatra, baik yang di tulis dalam bahasa Arab maupun bahasa
melayu, berorientasi sufisme. Hal ini menunjukan bahwa pengikut tasawuf
merupakan unsur yang cukup dominan dalam masyarakat pada masa itu. Kenyataan
lainnya, kita bias melihat bagaimana pengaruh yang sangat besar dari para sufi ini di tanah Aceh maupun di tanah jawa.
Hawash Abdullah menyebutkan beberapa bukti
tentang besarnya peranan para sufi dalam penyebaran islam pertama kalinya di
nusantara, ia menyebutkan tokoh sufi syekh Abdullah Arif yang menyebarkan islam
untuk pertama kalinya di Aceh sekitar abad ke-12 M. ia adalah seorang pendatang
ke nusantara bersama banyak mubalig lainnya yang di antaranya bernama Sekh
Ismail Zaffi.
Sebagaimana
pendapat Hawash Abdullah, A.H Johns sebagaimana di kutip Azyumardi Azra,
berpendapat bahwa para sufi pengembara yang terutama melakukan penyalaran islam
di nusantara. Para sufi ini berhasil mengislamkan jumlah besar penduduk
nusantara setidaknya sejak abad ke-13, Faktor utama keberhasilan para sufi
menyajikan islam dengan menekankan kesesuaian dengan islam atau kontinuitas,
ketimbangan perubahan dalam kepercayaan dan praktik keagamaan local.
Menurut Azyumardi Azra, tasawuf yang pertama
kali menyebar dan dominan di nusantara adalah yang bercorak falsafi, yakni
tasawuf yang sangat filosofi dominasi tasawuf falsafi terlihat jelas pada kasus
syekh Siti Jenar yang dihukum mati oleh wali songo karena di pandang menganut paham tasawuf yang sesat.
Penyebaran islam ke pulau jawa, juga
perasal dari kerajaan pasai, terutama atas jasa Maulana Malik Ibrahim, Maulana
Ishak dan Ibrahim Asmoro yang ketiganya adalah Abituren pasai, melalui ke
uletan mereka. Berdirinya kerajaan islam
Demak yang kemudian menguasai Banten dan Batavia melalui syarif
Hidayatullah perkembangan islam di jawa untuk selanjutnya di gerakan oleh ulama
yang diketahui dan dikenal dengan panggilan wali songo atau wali Sembilan;
sebutan itu saja sudah cukup untuk mengatakan bahwa mereka adalah penghasa
tasawuf yang sudah sampai pada derajat
“WALI”. Bukti ini di perkuat lagi oleh hikayat jawa yang mengisahkan drama
pertentangan antara sunan Giri dan sunan Kalijaga disatu pihak melawan syekh
Siti Jenar di pihak lain merupakan petunjuk lain yang kuat tentang perkembangan
kehidupan tasawuf pada masa itu.
Dalam dunia pesantren generasi awal, warna sufisme yang kental juga
terlihat dari nilai anutan mereka yang
dominasi sufisme aliran Al-Gahazali. Sufisme yang sangat kuat mewarnai
kesantrian masa itu, dalam kelompok ini, buku-buku karangan Al-Ghazali adalah
sumber bacaan sufisme yang paling di gemari dan pada umumnya memuat pokok
bahasan tasawuf akhlak dan tasawuf amali, di kalangan tertentu di temukan
literature tasawuf falsafi, seperti insan kamil karya Abdul Karim Al-Jili pengaruh tasawuf falsafi cukup luas dan luas
penganutnya dikalangan penganut tarekat, sedangkan tokohnya yang paling populer
adalah seykh Siti Jenar pada masa lalu.
Ada beberapa literature di Indonesia yang
mengkaji tasawuf di Indonesia, baik mengenai penyebarannya maupun tokoh-tokohnya. Di antaranya jaringan ulama
Timur Tengah dan kepulauan nusantara Abad XVII dan XVIII yang ditulis oleh
prof. Dr. Azyumardi Azra. Buku ini mengupas penyebaran tasawuf Indonesia dan
jaringan ke Ilmuan tokoh-tokohnya dengan ulama Timur Tengah. Diantara tokoh tasawuf yang diulasnya adalah Nur
Ad-Din. Ar- Raniri, Abd Ar-Ra’uf As-sinkili, muhamad yusuf Al-makasari dan
Al-palimbani.
Buku lainnya ditulis oleh Dr. Hj.Sri
mulyati,MA. Berjudul tasawuf nusantara : Rangkaian mutiara sufi terkemuka
Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia yang dibahas dalam buku ini adalah syekh Siti
Jenar Hamzah fansuri, Nuruddin Ar-raniri. ‘Abd Ar-Rauf singkel. ‘Abd Ash-shamad
Al-palimbani, muhamad Nafis Al-Banjari, syekh yusuf Al-makasari, Daud
Al-fatani’, Ismail Al-minangkabawi’, Abd Al-wahhab Rokan dari langkah, syekh
Ahmad khatib sambas. Abd Al-karim Banten, syekh muslim dari Demak, K.H.R
Romly dari jombang, dan Abah Anom dari
Tasikmalaya.
B.
Tokoh-Tokoh Tasawuf di Indonesia
1. Hamzah Al-Fansuri
a.Riwayat Hidup Hamzah Al-Fansuri
Nama Hamzah Al-fansuri di nusantara tidak
asing lagi dikalangan ulama dan sunan penyelidik ke islaman di Indonesia.
Hampir semua penulis sejarah islam mencatat bahwa syekh Hamzah fansuri dan
muridnya syekh syamsuddin sumatra’.termasuk tokoh sufi yang sepaham dengan
Al-Hallaj, paham hulul,ittihad,mahabbah dan lain-lain adalah siraman, syekh
Hamzah fansuri diakui sebagai salah seorang pujangga islam yang sangat populer
pada zamannya, dan hingga kini namanya mengiasi lembaran Sejarah kesustraan
melayu dan Indonesia. Dalam buku-buku sejarah mengenai Aceh, namanya selalu
diuraikan dengan panjang.
Para pengkaji seperti
Doorenbos (1933), Al-AHas (1970), Drewes dan Brakel (1986) dll dapat menafikan
bahwa fansuri adalah ulama dan sufi pertama yang menghasilkan karya tulis
ketasawufan dan keilmuan dalam bahasa melayu Tinggi atau baku, bahasa yang
kelak di pilih menjadi bahasa Indonesia.
Berdasarkan kata “Fnsur” yang menempel pada
namanya, sebagian peneliti beranggapan bahwa ia berasal dari fansur, sebutan
orang Arab terhadap Barus yang sekarang merupakan kota kecil di pntai barat
Sumatra utara yang terletak di antara
simbolga dan singkel dalam satu sya’irnya, ia menulis. Hamzah nur asalnya
fansuri mendapatkan wujud di tanah syahru nawi beroleh khilafa ilmu yang ahli
dari pada Abdul Qadir sayyid jailani.
b. Ajaran Tasawuf
Hamzah Fansuri
Pemikiran-pemikiran fansuri tentang tasawuf
banyak dipengaruhi ibn ‘arabi dalam paham wahdat wujuudnya . di antara
ajaran-ajarannya adalah :
a. Allah
Allah adalah dzat
yang mutlak dan qadim sebab dia adalah yang pertama dan pencipta Alam semesta. Allah lebih
dekat dari pada urat nadi manusia sendiri,dan bahwa Allah tidak bertempat, sekalipun sering dikatakan
bahwa ia ada di mana-mana.
b.Hakikat wujud dan
penciptaan
wujud itu hanyalah satu
walaupun kelihatan banyak. Dari wujud yang satu ini ada yang merupakan kulit
(mazh-har, kenyataan lahir) dan ada yang berupa isi (kenyataan batin). Semua
benda yang ada sebenarnya merupakan manifestasi dari yang haqiqi yang disebut
Al-haqq Ta’ala. Ia menggambarkan wujud tuhan bagaikan lautan dalam yang tak
bergerak, sedangkan alam semesta merupakan gelombang lautan wujud tuhan.
c.manusia
walaupun manusia
sebagai tingkat terakhir dari penjelmaan, ia adalah tingkat yang paling penting
dan merupakan penjelmaan yang paling penuh dan sempurna. Ia adalah aliran atau pancaran langsung dari Dzat yang mutlak. Ini
menunjukan adanya semacam
kesatuan antara Allah dan manusia.
d.Kelepasan
manusia sebagai makhluk
penjelmaan yang sempurna dan berpotensi untuk menjadi insane kamil (manusia sempurna), tetapi karena ia lalai,
pandangannya kabur dan tiada sadar bahwa seluruh alam semesta ini adalah palsu
dan bayangan.
2.Nuruddin Ar-Raniri
a.Riwayat Hidup Nuruddin Ar-Raniri
Ar-Raniri dilahirkan
di Ranir, sebuah kota pelabuhan tua di pantai Gujarat, india. Nama lengkapnya
adalah Nuruddin Muhammad bin Hasanjin Al-Hamid Asy-syafi’i. Asy-syafi’i Ar-raniri. Tahun kelahirannya
tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan besar menjelang akhir abad
ke-16.
Menurut catatan
Azyumardi Azra, Ar-Raniri merupakan tokoh pembaharuan di Aceh. Ia mulai
melancarkan pembaharuan islamnya di Aceh setelah mendapat pijakan yang kuat di
istana Aceh. Pembaharuan utamanya adalah memberantas aliran wujudnya yang di
anggap sebagai aliran sesat. Ar-Raniri dikenal pula sebagai seorang syekh islam
yang mempunyai otoritas untuk mengeluarkan fatwa menentang aliran wujudnyya
ini. Bahkan lebih jauh, ia mengeluarkan fatwa yang mengarah kepada semacam
perburuan terhadap orang-orang sesat.
Di antara karya-karya
yang pernah ditulis Ar-Raniri adalah:
a.Ash-Shirath Al-Mustaqim (fiqih berbahasa melayu).
b.Bustam As-Salatin fi Dzikr Al-Awwalin wa Al-Akhirin (bahasa
melayu)
c.Durrat Al-fara’idh bi syarhi Al-Aqa’id (aqidah, bahasa melayu)
d.syifa’ Al-Qulub (cara-cara berdzikir, bahasa melayu)
b.Ajaran tasawuf Nuruddin Ar-Raniri
a.Tentang Tuhan
pendirian Ar-Raniri dalam masalah ketuhanan
pada umumnya bersifat kompromis. Ia berupaya menyatukan paham mutakalimin
dengan paham para sufi yang diwakili ibn ‘Arabi. Ia berpendapat bahwa ungkapan
“wujud Allah dan Alam Esa” berarti bahwa alam ini merupakan sisi lahiriah dari
hakikatnya yang batin, yaitu Allah, sebagaimana yang dimaksud ibn ‘Arabi.
Namun, ungkapan itu pada hakikatnya adalah bahwa alam ini tidak ada. Yang ada
hanyalah wujud Allah yang Esa.
b.Tentang Alam
Ar-Raniri
berpandangan bahwa ala mini diciptakan Allah melalui tajjali. ia menolak teori Al-faidh (emanasi) Al-farabi karena akan
membawa kepada pengakuan bahwa alam ini qadim sehingga dapat jatuh kepada
kemusyrikan.
c.Tentang Manusia
manusia, menurut
Ar-Raniri, merupakan makhluk Allah yang paling sempurna di dunia ini. Sebab,
manusia merupakan khalifah Allah di bumi yang di jadikan sesuai dengan
citra-Nya.juga, karena ia merupakan mazhhar
(tempat kenyataan asma dan sifat Allah paling lengkap dan menyekuruh). Konsep insan kamil, menurutnya, hamper sama
dengan apa yang telah digariskan ibn ‘Arabi.
d.Tentang Wujudiyyah
Inti ajaran
wujudiyyah, menurut Ar-Raniri, berpusat pada wahdat al-wujud, yang
disalahartikan kaum wujudiyyah dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam.
Menurutnya, pendapat Hamzah Fansuri tentang wahdat al-wujud dapat membawa
kekafiran. Ar-Raniri bepandangan bahwa jika benar tuhan da makhluk hakikatnya
satu, dapat dikatakan bahwa manusia adalah tuhan dan tuhan adalah manusia maka
jadilah seluruh makhluk itu adalah tuhan.
e.Tentang Hubungan Syariat dan Hakikat
pemisahan antara syariat
dan hakikat, menurut Ar-Raniri, merupakan sesuatu yang tidak benar. Untuk
menguatkan argumentasinya, ia mengajukan beberapa pendapat pemuka sufi, di
antaranya adalah syekh Abdullah Al-Aidarusi yang menyarankan bahwa tidak ada
jalan menuju Allah, kecuali melalu syariat yang merupakan pokok dan cabang
islam.
3.
Syekh Abdur Rauf As-Sinkili
a.Riwayat Hidup As-Sinkili
adalah seorang ulama dan mufti besar kerajaan Aceh pada abad ke-17
(1606-1637 M.). nama lengapnya adalah Syekh Abdur Rauf bin ‘Ali Fansuri. Sejarah
mencatat bahwa ia merupakan murid dari dua ulama sufi yang menetap di mnekah
dan madinah itu. Ia sempat menerima ba’iat tarekat syathariyah, di samping
ilmu-ilmu sufi yang lain, termasuk sekte dan bidang ruang lingkup ilmu
pengetahuan yang hubungan dengannya.
As-Sinkili
mempunyai banyak murid, di antaranya adalah syekh Burhanuddin Ulakkan (wafat
1111 H/1691 M.) yang aktif mengambarkan tarekat syathariyah. Tersebarnya
syathariyah mulai Aceh melalu jaluran yang tepat hingga ke Sumatra barat,
menyusur hingga Cirebon jawa barat manakalah kita kaji dengan teliti, selalu
aka nada persambungn sisilah As-Sinkili tersebut.
Di antar karya-karya As-Sinklil adalah:
a. Mir’at
Ath-Thullab (fiqh Syafi’i bidang mu’amalat),
b. Hidayat
Al-Balighah (fiqih tentang sumpah, kesaksian, peradilan, pembuktian, dan
lain-lain),
c.’Umadat
Al-Muhtajin (tasawuf),
d.Syams
Al-Ma’rifah (tasawuf tentang makrifa),
e.Kifayat
Al-Muhtajin (tasawuf),
f.Daqa’iq
Al-Huruf (tasawuf),
g.Turjuman
Al-Mustafidh (tafsir),
b. Ajaran Tasawuf
Abdur Rauf As-Ainklil
a. kesesatan ajaran tasawuf wujudiyyah, sebelum As-Sinklil tasawuf falsafi, yaitu tasawuf wujudiyyah yang kemudian dikenal dengan
nama Wahdat Al-Wujud. Ajaran tasawuf wuduiyyah ini dianggap Ar-Raniri
sebagai ajaran sesat dan penganutnya dianggap murtad.
b. Rekonsiliasi antara tasawuf
dan syariat. As-Sinkili berusaha merekonsiliasi antara tasawuf dan syariat.
Ajaran tasawufnya sama dengan Syamsuddin dan Nuruddin, yaitu menganut paham
satu-satunya wujud hakiki, yakni Allah, sedangkan alam ciptaan-Nya bukanlah
merupakan wujud hakiki,tetapi bayangan dari yang hakiki.
c. Dizir.Dzikir, dalam pandangan As-Sinkili merupakan suatu usaha untuk
melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa. Dengannya hati selalu mengingat
Allah.Tujuan Dizikir adalah mencapai fana’ (tidak ada wujud elain wuiud Allah),
berarti wujud yang berdzikir bersatu dengan wujud-Nya, sehingga yang
mengucapkan dzikir adalah dia.
d. Mattabat perwujudan
Tuhan. Menurutnya, ada tiga marttabat perwujudan tuhan.Pertama,marttabat ahadiyyah atau iata’ayyun, yaitu alam pada waktu itu
masih merupakan hakikat gaib yang masih berada didalam ilmu tuhan.Kedua, marttabat wahdah atau ta’ayyun awwal, yaitu sudah tercipta
haqiqah muhammadiyyah yang pontesial
bagi terciptanya alam. Ketiga, marttabat
wahdiyyah atau ta’ayyun tsani,
yang disebut juga dengan a’yan tsabitah, dan dari sinilah alam tercipta.
4.Abd Shamad Al-Palimbani
a. Riwayat Hidup Al-Palimbani
Riwayat hidup Al-palimbani tidak begitu banyak di ketahui, karena
dalam tulisan-tulisan yang ada sekarang, ia hampir tidak memberikan keterangan
tentang dirinya. Walaupun demikian, kehidupan Al-palimbani tidak selurunya
berada dalam kegelapan, karena didalam tulisan-tulisanny, ia selalu
mencantumkan tempat dan tinggal.
Abd Shamad Al-palimbani adalah seorang ulama
sufi kelahiran Palembang pada permulaan abad ke-18, kira-kira tiga atau empat
tahun setelah tahun 1700 M dan meninggalkan kira-kira tidak lama setelah tahun
1203 H/1778 M. ia adalah putra Abd Jalil bin syekh Abd Wahab bin syekh Ahmad
Al-Mahdani dari yaman, seorang ulama sufi di san’a’, dan juga pernah diangkat
menjadi mufti besar di negeri kedah Ketika berada di Palembang, Abd Al-Jalil
menikah dengan seorang wanita negri ini, Radin Ranti. Dari hasil pernikahan
ini, lahirlah Abd Ash-Shamad Al-palimbani.
b. Ajaran tasawuf al-palimbani
a.Tentang nafsu
Al-palimbani tidak puas dengan ajaran
Al-Ghazali tentang tiga tingkatan jiwa
(nafsu) manusia (ammarah, lawwamah, dan muthma’innah)
yang berakhir dengan ketentraman dan kemantapan menerima segala keaadan yang
dihadapi dalam hidup di dunia ini.
b.Tentang
Martabat Tujuan
Harus
diakui, memang konsep martabat tujuan juga pernah dikutip oleh Abdus
Shamad Al-palimbani dalam karyanya sair As-Salikin. Menurutnya,seperti yang
dikutip Chotib Quzwain, wujud Allah ta’ala dapat dikenal dengan tujuan
martabat.
c.Tentang syari’at
seperti banyak tokoh sufi lainnya,
Al-palimbani percaya bahwa tuhan hanya dapat didekati melalu keyakinan yang
benar pada keesaan tuhan yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran-ajaran syari’at.
d.Tentang
Makrifat
ia mengakui ajaran Al-Ghazali yang memandang
bahwa tingkat makrifat tertinggi yang
harus dicapa seorang sufi adalah memandang
Allah secara langsung, dengan mata hati yang telah bebas dan bersih dari
segala noda dan godaan kehidupan.
5. Syekh Yusuf Al-Makasari
a. Riwayat Hidup syekh yusuf Al-makasari
syekh yusuf Al-makasari adalah seorang tokoh
sufi agung yang berasal dari Sulawesi. Ia dilahirkan pada tanggal 8 syawal 1036
H. atau bersamaan dengan 3juli 1629 M., yangberarti tidak berarti lama setelah
kedatangan tiga orang penyebar islam ke Sulawesi (yaitu Datuk RI Bandang dan
kawan-kawannya dari minangkabau). Dalam salah satu kerangkannya, ia menulis
ujung namanya dengan bahasa Arab “Al Makasari”, yaitu nama kota di Sulawesi
selatan (unjung pandang).naluri fithrah pribadi syekh yusuf sejak kecil telah
menmpakkan diri cinta akan pengetahuan
keislaman. Al-Quran 30 juz. Setelah lancar benar tentang Al-Quran dan mungkin
termasuk seorang penghafal, ia mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain,
seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, maani, badi’, balaghah, dan manthiq.
Ia pun belajar ilmu fiqih, ilmu usuluddin dan tasawuf. Ilmu yang terakhir ini
tampaknya lebih serasi pada pribadinya.
Dan pengetahuan syekh yusuf tentang tarikat yang dipelajarinya cukup bayak,
bahkan mungkin sukar mencari ulama yang mempelajari demikian banyak tarekat
serta mengamalkannya seperti dirinya, baik pada masanya maupun masa kini secara
ringkas, tarekat-tarekat yang telah dipelajarinya dicantumkan di bawah ini :
a. Tarekat Qadiriyyah diterima dari syekh Nuruddin At-Raniri di
Aceh,
b. Tarekat Naqsabandiyah diterima Syekh Abi Abdillah Abdul Baqi
Billal,
c. Tarekat As-Saadah Al-Balawiyah diterimanya dari sayyid Ali di
Zubeid/yaman,
d. Tarekat Syathariyah diterimanya dari Ibrahim Al-kurani Madinah,
e. Tarekat Khalawatiyah diterimany dari Abdul Barkat Ayub bin Ahmad
bin Ayub Al-khalawati Al-Quraisyi di Damsyinq. Syekh ini adalah imam di masjid
muhyiddin Ibn ‘Arabi.
b. Ajaran tasawuf syekh yusuf al-makasari
a.syariat dan hakikat. Berbeda dengan kecenderungan sufisme pada
masa-masa awal yang mengelakkan kehidupan duniawi, syekh yusuf mengungkapkan
paradigm sufistiknya bertolak dari asumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua
aspek:
aspek lahir(syariat) dan aspek batin (hakikat).
b.Transendensi tuhan: meskipun berpegang teguh transendensi tuhan,
ia meyakini bahwa tuhan melingkupi segala sesuatu dan selalu dekat dengan
sesuatu itu.
c.Insan kamil dan proses penyucian jiwa.ia mengatakan bahwa seorang
hamba akan tetapi hamba walaupun telah naik pada diri hamba.
6. Nawawi
Al-Bantani
a.Riwayat Hidup Nawawi Al-Bantani
Abu ‘Abd Al-Mu’thi Muhammad bin ‘Umar bin An-Nawawi Al-Jawi.
Dilahirkan pada tahun 1230 H/1813 M. di desa tanara, sekarang masuk wilayah
kecamatan Tirtayasa, kabupaten serang provinsi jawa barat Indonesia. Sebelum
melakukan perjalanan ke mekkah, ia sempet berguru kepada ayahnya sendiri, Kyai
H.Umar, seorang penghulu dari tanara. Ia pun sempet belajar kepada kyai H.
sahal, seorang ulama terkenal di Banten saat itu.
Pendidikannya kemudian diteruskan di mekah. Selama tiga
tahun, ia bermukim di sana dan pulang ke tanah air dengan khazanah keilmuan
agama yang relative cukup lengkap untuk menjadi seorang kyai di kampungnya.
Namun,sebagaimana dijelaskan Snouck, ia merasa belum memenuhi cita-cita dan
harapan masyarakat Banten secara penuh dan lengkap sehingga ia kembali ke mekah
dan bermukim di sana sampai akhir hayatnya tahun 1314 H/1897 M. Di sana, ia
terlibat dalam proses belajar dan mengajar serta menjadi pengarang dan
maencapai kemasyhurannya di dunia islam, khususnya di Indonesia. Jadi menurut
snouck, kepergiannya kembali untuk bermukim di mekah memang sudah direncanakan.
Adapun menurut Chaidar alas an kepergian
An-Nawawi adalah Karena semangat pemberontakan Diponegoro sudah merembes ke
Tuhan sehingga ia mendapat pengawasan pemerintahaan belanda.
Sejak tahun
1830-1860, An-Nawawi belajar di bawah bimbingan para ulama terkenal, seperti
syekh khatib sambas, syekh ‘Abd Al Ghani Bima, syekh yusuf sumbulaweni,syekh
Ahmad Demyati, salah seorang ulama besar yang mengajar di masjid Al-Haram.di
madinah, ia mengikuti pelajaran syekh Khatib Duma Al-Hanbali. Ia mengikuti
pergi ke mesir dan syiria untuk belajar beberapa ulama di sana.
Sebagai pengarang
ternyata syekh nawawi al –bantani cukup produktif seperti halnya syekh Ahmad
bin Zaini Dakhlan Al-makki.
b.Pemikiran Nawawi tentang Tasawuf
pemikiran Nawawi tentang
tasawuf dapat dilacak dari karya-karyanya seperti Tanqih Al-Qaul, Mirqah shu’ud At-Tashdiq, dan Syarh Maraqi
Al-‘Ubudiyyah. Berikut ini akan dikemukakan pikiran-pikirannya tentang
tasawuf.
a.Tarekat
salah satu pemikir
Nawawi tentang tarekat adalah ungkapannya sebagai berikut: adapun orang-orang
mengambil tarekat, jika perkataan dan perbuatanya sesuai dengan syariat Nabi
Muhammad sebagaimana ahli-ahli tarekat yang benar, tarekat yang diambilnya maqbul;
jika tidak demikian, tentulah tarekatnya seperti yang banyak terjadi pada
murid-muridnya syekh Ismail minangkabau.
b.Ghibah
Nawawi menjelaskan: Diharuskan melarang siapa pun melakukan
ghibah melalui lisannya jika tidak memungkinkan melarang orang itu dengan
tengannya.jika tidak memungkinkan melakukan pelarangan itu dan tidak
memungkinkan meninggalkan tempat ghibah berlangsung, haram untuk
mendengarkannya lakukan hal itu dengan cara berdzikir kepada Allah SWT.
c.sifat manusia
Nawawi menjelaskan:
pada diri manusia berkumpul empat macam sifat, yaitu kebinatang-buasan (sabu’iyyah), kebinatang-jinakan (bahimiyyah), kesetanan (syaitha-niyyah), dan ketuhanan (rabbaniyyah).
7. Hamka
a.Riwayat Hidup
Hamka (Haji Abdul
Malik Kalim Amrullah) dilahirkan di tanah sirah, sungai Batang di tepi Danau
Maninjau, tepatnya pada tanggal 13 Muharam 1362 H., bertepatan dengan 16
Februari 1908 M. Hmaka mengawali pendidikannya dengan belajar membaca Al-Quran
di rumah orang tuanya. Setahun kemudian, setelah mencapai usia tujuh tahun,
hamka dimasukan ayahnya ke sekolah desa. Pada tahun1916, ketika jainudin Labai
El-yunus mendirikan sekolah diniyah petang hari, di pasar usang padang panjang,
hamka lalu dimasukkan ayahnya ke sekolah ini. Pagi hari, hamka pergi ke sekolah
desa, sore hari pergi ke skolah dinaiyah, dan malam hari, hamka berada di surau
bersama teman-teman sebayanya. Dan ayahnya pada tahun 1918, saat hamka masih
kecil, Abdul Karim Amrullah (ayahnya) kembali dari perlawatan pertamanya ke
tanah jawa. Surau Jembatan besi, tempat ayah hamka member pengajaran agama
dengan system lama, diubah menjadi madrasah yang kemudian dikenal dengan Thawalib School, dan hamka dimasukkan ke
sekolah itu.
b. Pemikiran Hamka tentang tasawuf
pikiran-pikiran hamka
agaknya lebih banyak tercurah pada soal-soal iman, akhlak dan aspek-aspek
social, di luar lingkup pengertian tradisonal tentang muamalah dan soal-soal
ibadah mahdhah. Sebab, kalau kita melihat
ulama-ulama pada masa lampau, kebanyakan ulama adlah ulama fiqih. Hamaka
agaknya memilih cara diskusi (discourse)yang
lebih bebas dari pada pembahasan ayat demi ayat dengan keterangan Al-Quran dan
Hadis seperti yang dilakukan gurunya. Alasan demikian, dikemukakan bahwa wilayah
filsafat dan tasawuf sangat erat kaitanya. Perbedaanya hanya dalam alat mencari
tuhan. Kalau filsafat memakai daya berpikir yang disebut akal, tasawuf memakai
daya rasa yang disebut kalbu.
Setidaknya ada dua buku
yang dapat dibaca untuk menelusuri pemikiran-pemikiran Hamka. Pertama,
Tasawuf modern yang ditulis oleh hamka sendiri. Kedua, tasawuf positif dalam pemikiran HAMKA yang ditulis oleh
Mohammad Damami. Berikut ini adalah pemikiran-pemikiran Hamka tentang tasawuf
berdasarkan kedua buku di atas.
a.Hamka Tasawuf
menurut Hamka, walaupun pengambilan kata tasawuf itu, dari
bahasa Arab atau yunani, dari asal-asal pengambilan itu, nyata bahwa yang
dimaksud dengan kaum tasawuf atau kaum sufi ialah kaum yang telah menyusun
perkumpulan untuk menyisikan diri dari orang banyak, dengan maksud membersihkan
hati, laksana kilat-kaca terhadap tuhan, atau memakai pakaian yang sederhana,
tidak menyerupai pakaian orang dunia, biar hidup kelihatan kurus-kering bagai
kayu di padang pasir, atau memperdalam penyelidikan tentang peruhubungan
makhluk dengan khaliqnya, sebagaimana yang dimaksud perkataan yunani itu.
Bila disebut orang
nama kaum sufi, terutama di negeri kita ini, teringatlah kita kepada tarekat Naqsyabandiyah,Syaziliyah,Samaniyah, Dan
Haji paloppo di tanah Bugis. Bila
kita pelajari tarekat yang ada di sini, tampaknya setiap tarekat mempunyai
peraturan sehari-sehari, maka pada asalnya tidaklah tasawuf itu mempunyai
peraturan tertentu yang tidak boleh diubah-ubah.yang sebetulnya, tasawuf itu
menempuh kemajuan juga. Dia adalah semacam filsafat yang telah timbul kemudian
dari zaman nabi, yang maju mundur menilik keadaan negeri.
Tasawuf adalah salah
satu filsafat islam yang bertujuan zuhud dari dunia yang fana, tetapi lantaran
banyak bercampur dengan negeri dan bangsa lain, banyak-sedikitnya masuk jugalah
pegajian agama dari bangsa lain ke dalamnya.
Menurut Hamka, tasawuf pada hakikatnya adalah usaha yang
bertujuan untuk memperbaiki budi dan membersihkan bati. Artinya, tasawuf adalah
alat untuk membentengi dari kemungkina-kemungkinan seseorang terpeleset ke
dalam lumpur keburukan budi dan kekotoran batin yang intinya, antara lain
dengan berzuhud seperti teladan hidup yang di contohkan langsung oleh Rasulullah
lewat As-Sunah yang sahih. Tasawuf bagi Hamka bukan tujuan, melainkan alat
saja.
Dengan dasar uraian
tersebut, hamka lalu mencoba merinci beberapa hal sebagai berikut: tasawuf
menjadi negative, bahkan sangat negative kalau tasawuf:
a.dilaksanakan dengan berbentuk kegiatan yang tidak digariskan oleh
ajaran agama islam yang terumus dalam Al-Quran dan As-Sunnah, seperti
mengharapkan pada diri sendiri terhadap hal-hal yang oleh Allah SWT.
b.dilaksanakan dalam wujud kegiatan yang dipangkalkan terhadap pandangan
bahwa dunia ini harus dibeci.justru pandangan semacam itu telah tampak
melembaga dalam kalangan penganut tarekat.
Tasawuf akan menjadi
positif, bahkan sangat positif kalau tasawuf:
a.dilaksanakan dalam bentuk kegiatan keagamaan yang searah dengan
muatan-muatan peribadahan yang telah dirumuskan sendiri oleh Al-Quran dan
A-Sunnah: mana yang diwjibkan dan dihalalkan dikerjakan dan mana yang
diharamkan ditingaglkan.
b.dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang berpangkal pada kepekaan
soal yang tinggi dalam arti kegitan yang dapat mendukung “perbedaanya untuk
islam” agar kemiskinan ekonomi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, politik dan
menetalitas. Dengan demikian umat islam ingin berkorban, ada hal atau barang
yang akan dikorbankan, akan mengeluarkan zakat, ada bagian kekayan yang akan
diberkan kepada orang yang berhak dan sebagiannya.
Melalui roh “tasawuf” yang semula bermaksud untuk zuhud terhadap
dunia, yaitu sikap hidup agar hati tidak “dikuasai” oleh keduniawian.
Dengan
memerhatikan rincian kemungkinan-kemungkinan tasawuf menjadi negatif atau
positif di atas, hamka menyimpulkan bahwa tasawuf yang bemuatan zuhud yang
benar, dilaksanakan lewat peribadatan dan
I’tiqad yang benar, mampu berfungsi sebagai media pendidikan moral yang
efektif.
b.fungsi tasawuf
menurut pendapat
hamka, tasawuf yang bermuatan zuhud yang benar, yang juga dilaksanakan
peribadahan agama yang didasari I’tiqad yang benar, mampu berfungsi sebagai
media pendidikan moral keagamaan (moral religius) yang efektif. Pendapat ini
dia didasarkan atas pengamatannya terhadap cara melaksanakan hidup ketasawufan
di kalangan masyarakat. Menurutnya, dalam tasawuf senantiasa di tekankan masalah
pembinaan moral secara positif.
c.Tasawuf modern
Dari segi struktur , tasawuf yang
ditawarkan hamka berbeda dengan tasawuf pada umumnya (tasawuf tradisional).
Tasawuf yang ditawarkan Hamka (disebut ‘’tasawuf modern ‘’ atau ‘’tasawuf
positif’’) berdasar pada prinsip ‘’tauhid ‘’, bukan pencarian pengalaman
‘’mukasyafah ‘’. Jalan tasawufnya melalui sikap zuhud yang dapat dilaksanakan alam peribadahan resmi sikap zuhud, tidak
perlu terus-menerust bersepi-sepi diri dengan menjauhi kehidupan normal.
Penghayatan tasawufnya berupa pengalaman takwa yang dinamis, bukan
ingin:bersatu dengan tuhan (unitive state).
Secara garis besar,
konsep dasar sufistik yang ditawarkan hamka adalah sufisme yang berorentasi “ke
depan” yang ditandai dengan mekanisme dari sebuah sistem ketasawufan yang
unsure-unsurnya meliputi: prinsip “tauhid”, dalam arti menjaga transendesi
tuhan dan sekaligus merasa ‘’dekat dengan tuhan ‘’ memanfaatkan peribadahan sebagai media
bertasawuf, dalam arti menjaga transendensi tuhan dan sekaligus merasa “dekat
tuhan memafaatkan peribadahan sebagai media bertasawuf, dalam arti di samping
melaksanakan perintah agama, juga mencari hikmah di balik semua perintah ibadah
itu; dan mengasilkan refleksi hikmah yang berupa sikap positif terhadap hidup
dalam wujud memiliki etos sosial yang tinggi.