AL-QUR’AN TENTANG ALAM SEMESTA
(Dr. Muhammad Jamaluddin El-Fandy)
Al-QUR’AN DAN ILMU
1.
Al-Qur’an
Mendorong Manusia Mencari Ilmu
Perkataan “ilmu” di sini bermakna
semua cabang pengetahuan tanpa mengecualikan salah satu di antaranya. Kitab
suci Al-Qur’an, tidak ayal lagi, mengangkat dari ilmu-ilmu tersebut, dan
mendorong manusia agar mempelajarinya untuk kepentingan bersama. Pada
hakikatnya, bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu
pengetahuan, dan jadi pelopor pemberi kedudukan terhormat kepada ilmu
pengetahuan. Ayat yang pertama kali turun itu berbunyi:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ. خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ
عَلَقٍ. اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ. الَّذِيْ بِالْقَلَمِ. عَلَمَ
الْاِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ.
Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
(S.
Al-‘Alaq: 1-5)
2.
Ilmu untuk
Mencapai Kekuasaan, Kekuatan, Keimanan, dan Takut pada Allah
Kitab suci Al-Qur’an kemudian dalam
berbagai tahapan dari wahyu menguraikan tentang makna ilmu dan pendidikan, yang
pada garis besarnya mencakup semua ilmu yang berhubungan dengan alam semesta,
benda, enargi, sistem-sistem, dan kehidupan. Sebagai contoh, ambillah ayat
sebagai berikut:
اِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰٓٶُا ۗ اِنَّ اللهَ
عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah
mereka yang memiliki pengetahuan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha
Pengampun. (S. Fathir: 28)
Al-QUR’AN MEMBEDAKAN ANTARA
KEPASTIAN DAN SPEKULASI
1.
Ilmu
Pengetahuan Berlandaskan Kepastian
Ilmu pengetahuan modern dibangun di
atas landasan pembedaan antara kepastian dan spekulasi. Bila Al-Qur’an
menyampaikan pendirian-pendirian yang kokoh, maka demikian pula halnya para
ilmuwan. Mereka tidak mengakui salah satu cabang pengetahuan, kecuali jika
cabang pengetahuan itu berlandaskan pada akal sehat dan argumen yang kuat, atau
pengalaman yang mendalam.
Kenyataan bahwa Al-Qur’an telah
memberikan perhatian yang luar biasa kepada cita yang luhur ini, yang pada
hakikatnya merupakan pokok pangkal suksesnya “kebangkitan kembali ilmu
pengetahuan” (scientific renaissance) di zaman modern, yang membedakan
secara tegas antara hal-hal yang pasti dan spekulasi. Amatlah disesalkan, bahwa
umat Islam dalam suatu kurun masa tertentu telah menghabiskan waktu dan
upayanya untuk permasalahan-permasalahan yang sia-sia, dengan menerapkan
filsafat yang tak tentu arah-tujuannya, serta mengadakan pengkajian dalam
bidang metafisika yang tidak mempunya landasan. Keadaan ini mendorong kepada
penyebaran takhayul, kepercayaan yang tidak ada dasarnya, dan gambaran-gambaran
semu. Mereka, misalnya menafsirkan pasang naik dan pasang surut sebagai
perbuatan malaikat lautan, yang diduga memasukkan ibu jarinya ke dalam air,
menyebabkan air bergelembung dan meluap, kemudian air akan surut apabila
malaikat itu mengangkat ibu jarinya kembali dari dalam air. Di dalam Al-Qur’an
Surat Al-An’am ayat 148 dikatakan:
قُلْ فَلِلّٰهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ ۚ فَلَوْ شَٱءَ لَهَدٰىكُمْ
اَجْمَعِيْنَ
Katakanlah: “Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga
dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?” Kamu tidak mengikuti kecuali
persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.
2.
Hukum Keilmuan
Memberi Otentisitas Maksimum Menuju Kesempurnaan
Dengan berlalunya masa dan meluasnya
wawasan pengetahuan manusia, serta dengan semakin berkembangnya kecermatan di
bidang pengamatan (observasi), maka para ilmuwan dari waktu ke waktu
memperkenalkan perubahan dan modifikasi dalam berbagai hokum ilmiah itu untuk
lebih mendekatkannya kepada kenyataan, atau agar ia lebih memberikan hasil
guna. Dalam upaya ini mereka menggunakan berbagai jenis materi untuk riset,
terutama sekali adalah yang berkaitan dengan teori. Kemudian menyusul setelah
itu eksperimen di laboratorium, lapangan pertanian/peternakan atau di alam
secar keseluruhan. Inilah yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dalam hal memahami
kenyataan-kenyataan, yang tertera di dalam ayat yang berbunyi:
قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ بَدَاَ الْخَلْقَ
Katakanlah: Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan dari permulaannya… (S. Al-Ankabut: 20)
3.
Kesimpulan
Tanpa Bukti Tak Bermanfaat
Suatu kesimpulan yang tidak
ditunjang oleh pengalaman atau bukti tidak ada manfaatnya. Dengan berbuat
seperti itu mereka tak ubahnya ibarat orang yang menyimpulkan ciri-ciri dari
sesuatu atau gejala alam semesta tanpa mempelajari objek yang mereka amati,
atau ibarat orang yang mewarisi keyakinannya tanpa mengujinya untuk mengetahui
mana yang benar dan mana yang salah. Dalam menggambarkan orang-orang seperti
itu, Al-Qur’an menyebutkan:َ
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَٱاَنْزَلَ اللهُ وَاِلَى
الرَّسُوْلِ قَلُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَٱءَنَا ۗ اَوَلَوْ
كَانَ اٰبَٱٶُهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ شَيْئٌا وَّلاَيَهْتَدُنَ
Apabila dikatakan kepada mereka, “marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul,” mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami
apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka akan
mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
BEBERAPA PRINSIP YANG BERTALIAN
DENGAN ALAM SEMESTA
1.
Ilmu
Pengetahuan Alam Hanya Menelaah Sesuatu yang Wujud
Biasanya, semua teori ilmiah
berusaha menafsirkan permulaan dari alam semesta atas dasar asumsi-asumsi
tertentu yang tak dapat dibuktikan, atau atas dasar ide-ide tertentu, di mana
tak seorang pun tak dapat mengetahui apa yang ada di sebaliknya. Ilmu fisika
tidaklah menyentuh masalah penciptaan dari suatu keadaan yang tidak ada. Ilmu
ini hanya memastikan diri pada penelaahan karakteristik dari sesuatu yang
wujud, baik ia berupa zat, energi, maupun berupa kehidupan.
2.
Atom Hidrogen:
Gas Alam Semesta
Seseorang hanya dapat menjelaskan
sifat dari setiap zat atau unsur (element) dengan mengetahui jumlah dari
partikel-partikel yang ada dalam setiap atom. Dari semua atom, yang paling
sederhana susunannya ialah atom hidrogen. Atom ini dikenal pula sebagai gas
alam semesta (universal gas) atau gas yang mewujudkan sesuatu. Dari gas
itulah dibangun zat-zat lain yang dikenal orang. Atom hidrogen ini terdiri dari
satu inti atom (nucleus), yakni suati proton yang mempunyai sifat
positif, dan di sekelilingnya berputarlah elektron yang bersifat negatif.
3.
Pemecahan Atom
Umumnya orang telah menyakini hingga
waktu belum lama ini, bahwa atom tidak dapat dipecah lagi menjadi
partikel-partikel dasar (yang lebih kecil lagi). Akan tetapi kala dalam abad
ini ditemukan metode untuk memisahkan atom, akhirnya kita memperoleh kepastian,
bahwa di dalam atom tersimpan energy yang amata besar. Pada kebanyakan unsur,
inti atomnya tidak hanya terbatas pada
poton yang positif saja. Melainkan terdapat juga netron (neutron) yang
menjadi partikel dasar dan tidak berisi muatan tertentu. Sebagai misal, unsur
Helium (He), yang diperoleh sebagai hasil peledakan atom-atom hidrogen, terdiri
dari 2 netron dan 2 proton. Bila kita melanjutkannya sampai ke berbagai inti
hingga kita memperoleh unsur-unsur berat, misalnya yang terdapat dalam Uranium
(U), kita melihat bahwa inti dari unsure ini terdiri dari 92 proton dan 146
netron.
Biasanya muatan negatif dalam satu
atom sama dengan jumlah muatan psitifnya. Hal inilah yang menyebabkan muatan
listrik dari sebuah atom sama dengan nol.
4.
Penemuan Dua
Zat yang Berlainan yang Membentuk Alam Semesta
Beberapa tahun yang lalu, orang
telah menghasilkan penemuan-penemuan baru di alam materi sehubungan dengan
pembentukan atom. Yang terpenting di antaranya ialah ditemukannya proton
negatif (kebalikan dari proton yang kita kenal) dan elektron positif (kebalikan
dari elektron yang telah diketahui). Ini berarti ada dua jenis zat yang
berlainan yang membentuk bintang-bintang, matahari, planet-planet, dan berbagai
benda langit lainnya.
Para ahli astronomi mengambil
manfaat dari penemuan-penemuan tersebut dalam hal kesanggupan-kesanggupannya (potentialities)
dan berbagai penerapan yang rumit di dalamnya, yang mengungkapkan rahasia dari
beberapa gejala alam semesta ini. Di dalam inti dari atom-atom yang berat
terdapat beberapa pertikel yang bermuatan listrik. Pertikel ini disebut mason.
Jika sebuah proton dipindahkan ke sebuah netron, maka proton tadi akan
kahilangan mautannya, yang dipisahkan dengan pemisahan mason yang positif,
dalam hal ini proton itu akan bermuatan negatif.
5.
Hasil
Penyelidikan Ilmiah Membenarkan tentang Kemungkinan Lenyapnya Langit dan Bumi
Sekiranya terjadi galaksi-galaksi
saling bertemu dan berbenturan satu sama lain, maka hasilnya akan sama seperti
yang diterangkan di atas. Penemuan-penemuan tersebut mungkin memberi penjelasan
atas ayat yang agung ini, yakni:
اِنَّ اللهَ
يُمْسِكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ اَنْ تَزُوْلاَەۚ وَلَئِنْ زَالَتَٱ اِنْ
اَمْسَكُمَا مِنْ اَحَدٍ مِّنْ بَعْدِهٖۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap;
dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang dapat menahan
keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang. (S. Fathir: 41)
Bagaimanapun juga, kemungkinan
tentang lenyapnya langit dan bumi adalah suatu problema yang tak dapat
disangkal oleh ilmu pengetahuan sebagaimana telah kita lihat. Ini dapat
dinyatakan, meskipun kita tidak sanggup memastikan, bahwa proton-proton positif
dan negatif telah terwujud dalam pasangan yang besar, yang menjadi terpisah
dalam satuan-satuan tunggal dengan jumlah muatannya tidak melebihi nol.
Kemungkinan untuk terjaminnya keseimbangan listrik antara muatan positif dan
muatan negatif, dengan berjalannya waktu dan pada suatu tempat tertentu, dapat
dibuktikan dengan menyaksikannya. Di dalam Al-Qur’an kita dapati pula ayat-ayat
lain yang hampir sama maknanya. Di antaranya adalah ayat sebagai berikut:
يَوْمَ فُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ
….pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi
yang lain dan (demikian pula) langit… (S.
Ibrahim: 48)
AL-QUR’AN SEBAGAI CONTOH TERBAIK
BAGI UNGKAPAN ILMIAH
1.
Masa Depan Umat
Manusia di Bumi
Kita telah menjelaskan bahwa gaya Al-Qur’an yang tidak dapat ditiru
itu membuatnya lebih menonjol lagi ketika kitab Sici itu menguraikan dengan
kecermatan ilmiah hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta. Salah satu
contoh yang tepat ialah sebuah ayat terdapat dalam surat Yunus, yang berbunyi:
حَتّىَٰ اِذَٱ
اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَٱ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ
عَلَيْهَٱ اَتٰهَٱ اَمْرُنَا لَيْلاً اَوْنَهَارًا
Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai
(pula) perhiasannya, maka pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya perintah Kami waktu malam atau
siang… (S. Yunus: 24)
Tidak aka nada penjelasan yang lebih baik dan lebih terang daripada
ayat ini yang menerangkan tentang masa depan dari umat manusia di bumi. Ayat
Al-Qur’an ini memberikan gambaran kepada kita tentang kekuatan ilmu pengetahuan
yang luar biasa, yang telah mulai dipergunakan manusia di muka bumi untuk
menguasai ruang angkasa, menaklukan sungai dan lautan, dan menghancurkan
bukit-bukit besar dan kecil. Kitab suci Al-Qur’an adalah peramal yang cermat.
Manusia sekarang benar-benar telah memperoleh pengetahuan dan telah memegang
kendali di bumi. Sesungguhnyalah, ini merupakan suatu karya dengan uraian
cermat yang sesuai dengan hasil ilmu pengetahuan, dan sekaligus merupakan bukti
dari gaya kitab Suci Al-Qur’an yang tak dapat ditiru yang perlu kita
ketengahkan untuk lebih memperkuat keyakinan orang-orang yang beriman, dan
untuk memperlihatkan satu segi dari gaya Al-Qur’an yang mengagumkan itu, baik
dalam menjelaskan hal-hal yang bersifat ilmiah sekalipun.
2.
Tentang Tenaga
Sentrifugal dan Gaya Universal sebagai tiang dari benda-benda alam semesta.
Ayat berikut ini dari surat Ar-Ra’d,
adalah suatu pernyataan Al-Qur’an yang membantu ilmu untuk menfsirkan suatu
fakta:
أللهُ الَّذِيْ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) kamu lihat…” (QS: Ar-Ra’d:
2)
Semua benda-benda langit ini
terpisah antara yang satu dengan yang lainnya, dan ditahan dalam kedudukan
nisbinya oleh tenaga sentrifugal dan gaya tarik universal (universal
garavity). Gaya tarik dan tenaga sentrifugal, yang dihasilkan oleh
perputaran dalam garis edar yang berbentuk semilingkaran atau elips, inilah
sesungguhnya yang dapat dianggap sebagai tiang-tiangnya. Sungguhpun kita tidak
dapat mengamati tenaga-tenaga demikian itu dengan mata kepala kita, namun tidak
berarti bahwa tenaga-tenaga itu sama sekali tidak ada, oleh karena kita dapat
mengukur dan memberikan perinciannya dengan cermat. Jika salah seorang dari
kita dianugerahi indra untuk itu di samping indra-indra yang biasa kita miliki,
dia akan mampu merasakannya (tubes of force) persis seperti kita meraba
suatu benda dengan pengindraan biasa.
3.
Langit Biru
sebagai Hasil Pemecahan Sinar Matahari di Atmosfer Bumi
Angkasa biru yang muncul di atas
kepala kita pada siang hari tidaklah berwujud benda. Ia tiada lain dari hasil
pemecahan sinar matahari di atmosfer, sama seperti ombak laut yang kecil
membentur karang di pantai kemudian pecah ke segala jurusan. Secara ilmiah telah
diketahui, bahwa di dalam atmosfer bumi bagian terbesar dari sinar matahari
mengalami proses pemecahan (scattering effect), yang disebabkan oleh
partikel-partikel udara: uap, air, dan benda-benda kecil mengeras yang dibawa
berbagai arus udara.
Gelombang-gelombang biru, atau
gelombang-gelombang warna biru, yang dipancarkan di dalam berkas cahaya
matahari sangat banyak, karena suhu permukaan matahari yang memancarkannya,
yang jumlahnya hingga 6.000 mutlak atau kurang sedikit dari itu. Begitu
memasuki atmosfer bumi, gelombang biru ini terpecah ke segala jurusan dan
menutup ruang angkasa dengan sejumlah besar warna biru.
4.
Mengenai Angkasa,
Awan, Langit dan Air Hujan
Awan naik ke angkasa dan menutupi
cahaya matahari, sementara hujan dan hujan es turun dari awan itu sendiri.
Strukturnya yang mungkin mengandung muatan listrik dalam kondisi tertentu.
Gejala ini diiringi oleh pembongkaran muatan listrik antara berbagai bagian
dari awan yang sedang terbentuk, atau di antara beberapa awan. Pembongkaran
muatan listrik ini menyebabkan timbulnya bunga api yang menakutkan, biasanya
disebut kilat. Apabila pembongkaran muatan listrik teresebut terjadi antara
awan dengan permukakan bumi, maka dalam hal ini, ia disebut halilintar (petir,
gledek). Sudah diketahui orang, bahwa ekspansi udara yang cepat karena panas
yang mendadak yang menyebabkan kilat, diikuti oleh tekanan antara dan tekanan
rendah di ruang angkasa yang disebut guntur atau guruh. Mengenai bunyi guruh
sumbernya berasal dari pantulan bunyi yang menggemuruh dari serangkaian basis
awan, dan karena ketinggian dan sejenis itu. Jelas bahwa hujan adalah sumber
dari air segar dan bersih di bumi,dan karena itu ia merupakan tulang punggung kehidupan di bumi. Mengenai
hal ini, Al-Qur’an menguraikan secara lengkap dalam berbagai ayat dan dengan
berbagai cara. Tentang “angkasa”, “awan” dan “langit” disebut di dalam
ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya:
1.
أَوْ كَصَيِّبٍ
مِّنَ السَّمَٱءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّعِدٌ وَّبَرقٌٗ
“….atau seperti (orang-orang yang ditimpa)
hujan lebat dari awan disertai gelap gulita, guruh, dan kilat…” (QS. Al-Baqarah: 19)
2.
وَّاَنْزَلَ
مِنَ السَّمَٱءِ مَٱءً فَاَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْٗ
“….dan Dia menurunkan air (hujan) dari awan.
Lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu…” (QS. Al-Baqarah: 22)
3.
وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَٱءِ
وَالْاَرْضِ
“…dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi…” (QS.
Al-Baqarah: 164)
5.
Semakin Tinggi
Tempat di Angkasa Dada Semakin Sesak
وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجً
كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَٱءِۗ
“…..Dan barang siapa yang dikehendaki
Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah ia sedang mendaki langit…”
(QS. Al-An’am:125)
Suatu kenyataan
ialah, bahwa bila kita naik ke ruang angkasa, tekanan atmosfer yang kita
peroleh semakin berkurang. Akibatnya, oksigen yang kita hirup pun kian sedikit,
yang berarti pula bahwa keadaan ini tidak memadai bagi kehidupan manusia, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Pada waktu naik maka pada tahap-tahap pertama
akan terasa ketidaktenangan di dalam dada. Kemudian orang dengan pasti
menghadapi kematian. Pada ketinggian 19 kilometer, darah akan keluar dari tubuh
lewat pori-pori kulit seakan-akan mendidih.
6.
Tentang Bintang-bintang
di Langit
Di dalam surat Al-Hijr ayat 16 disebutkan:
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِى السَّمَٱءِ بُرُوْجًا وَّزَيَّنّٰهَا لِلنّٰظِرِيْنَ
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang di langit dan Kami
jadikan dia kelihatan indah bagi orang-orang yang memandang(nya).”
Ahli-ahli
astronomi terdahulu membagi bintang-bintang angkasa dalam 90 kelompok atau
konstelasi. Termasuk dalam kelompok besar ini suatu lingkaran khayali (mintaqul
buruj) yang terdiri dari zodiak-zodiak (zodiac, buruj) yang
melintasi bumi secara berturut-turut dalam satu tahun penuh. Gejala ini
terlihat, di semua planet dalam linkungan tata surya (solar system),
karena planet-plenet itu pun bergerak dari satu zodiak ke zodiak lainnya.
Pendeknya, kita dapat melihat bahwa cara pembagian yang dikarang oleh manusia
ini lebih mirip dengan pelukisan atau tanda, yang lebih tepat dikatakan sebagai
hasil khayalan dan tidak berdasarkan prosedur ilmiah yang cermat. Pembagian
bintang-bintang angkasa ke dalam kelompok-kelompok, yang mempunyai beentuk
tertentu dan mudah dikenal, adalah suatu penggambaran atau pelukisan rasa kagum
yang telah membangkitkan berbagai cerita dan kepercayaan. Akan tetapi, karena
ia dilukiskan dengan cara tertentu, maka orang menyukai bentuknya yang
karakteristik itu. Berbicara secara ilmiah, tidaklah diragukan lagi, bahwa
bentuk-bentuk ini akan tetap melekat di dalam pikiran pengamat dari bumi. Hal
ini disebabkan oleh kenyataan, bahwa bintang-bintang itu berada terlalu jauh
dari tempat kita, yang jaraknya adalah di luar batas khayalan dan kemampuan
manusia untuk menjelaskannya. Rupa-rupanya seluruh pengertian ini secara
kolektif tertera dalam ayat tersebut di atas dengan gaya yang tak dapat ditiru
dan dilahirkan secara murni ilmiah.
7.
Tentang angin
sebagai faktor pengendali awan dan faktor pembuahan
Masih dalam surat yang sama yakni
surat Al-Hijr ayat 22, penulis buku menungkapkan kesesuaian antara ayat ini
dengan teori ilmiah yang dijelaskan oleh para ilmuwan tentang angin sebagai
faktor pengendali awan dan faktor pembuahan, sebagai berikut penjelasannya:
وَاَرْسَلْنَا الرِّيٰحَ لَوَاقِحَ فَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَٱءِ مَٱءً
فَاَسْقَيْنٰكُمُوْهُٗ
“Dan kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari awan, lalu Kami beri
minum kamu dengan air itu….” (QS.
Al-Hijr: 22)
Di satu pihak ayat
di atas dapat dipandang sebagai hal yang menunjukkan kepada kita bahwa angin
itu—yang telah diketahui oleh ahli-ahli botani zaman kita ini, yang berpendapat
bahwa angin merupakan faktor penting dalam pembuahan kebanyakan jenis
tanaman—telah disebut dalam Kitab Suci Al-Qur’an sejak berabad-abad yang lalu
sebagai alat pembuahan. Di pihak lain, angin pun merupakan faktor
penting—walaupun bukan merupakan faktor utama—yang mengendalikan awan,
menaburinya dengan inti (nucleus) dari kondensasi dan mengumpulkannya di
angkasa menjadi hujan. Yang paling menakjubkan di dalam Al-Qur’an sehubungan
dengan ini ialah, bahwa Qur’an selalu merangkaikan jatuhnya hujan dari angkasa
dengan mengirim angin, yang maksudnya adalah bertiup. Istilah ilmiahnya adalah
konvergensi. Kedua gejala ini, yang di dalam ayat di atas diihubungkan satu
dengan yang lainnya, adalah uraian yang sesuai dengan ilmu pengetahuan. Ia
menjadi prinsip pokok yang merupakan landasan untuk menjelaskan curah hujan
yang lebat. Pada dewasa ini orang sudah mengetahui dengan pasti, bahwa turunnya
hujan diikuti oleh proses naiknya udara ke atas dengan cara konvergensi atau
konveksi, ataupun faktor-faktor lain yang sama. Kemudian udara menjadi dingin
karena terjadi ekspansi. Dalam dunia ilmiah proses ini dikenal dengan sebutan pendinginan
adibiatik. Apabila udara berekspansi, ia menempati, volume yang lebih besar
sebagai akibat dari tekanan rendah yang terjadi pada lapisan atmosfer yang
lebih tinggi. Suhunya dengan sendirinya turun, menyebabkan partikel-partikelnya
kehilangan energi, demikian pula sebaliknya. Apabila udara menjadi dingin,
kemampuan untuk membawa uap air akan berkurang pula. Kelanjutan dari proses
ini, yaitu naiknya udara secara terus-menerus ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi dan terjadi pendinginan,
menyebabkan ia kehilangan daya untuk membawa uap air. Ini mengakibatkan uap air
berkumpul dalam bentuk tetesan-tetesan air atau kristal-kristal salju di dalam
awan. Partikel-partikel ini lambat laun semakin bertambah banyak dalam kondisi
yang sesuai hingga arus udara yang semakin naik kehilangan kemampuan untuk
membawanya. Pada tahap inilah partikel-partikel tersebut jatuh sebagai hujan
atau hujan es, atau bentuk curahan lain yang datang dari angkasa, untuk
menghidupi bumi setelah mati.
8.
Ayat-ayat
Al-Qur’an yang Merupakan Basis Meteorologi, Astronomi, dan Biologi
Bila kita pelajari lebih dalam isi
ayat-ayat yang menjelaskan gejala ini, kita melihat—ditinjau secara
keseluruhan—bahwa ayat-ayat tersebut merupakan basis dari meteorologi. Ambil
sebagai contoh ayat berikut ini, yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah yang
berbunyi:
اِنَّ فِيْ
خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ
الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى البَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَٱ اَنْزَلَ اللهُ
مِنَ السَّمٱءِ مِنْ مَٱءٍ فَاَحْيَابِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ
فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَٱبَّةٍۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ
بَيْنَ السَّمَٱءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتِ لِّقَوِمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari angkasa berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi iru segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (S. Al-Baqarah: 164)
9.
Langit dan
Makhluk Lain yang Menyerupai Makhluk di Bumi
Mengenai ini Al-Qur’an menyatakan dalam Surat Al-Anbiya:
قٰلَ رَبِّيْ
يَهْلَمُ الْقَوْلَ فِى السَّمَٱءِ وَالْاَرْضِۖ
Berkatalah (Muhammad kepada mereka):
“Tuhanku mengetahuisemua perkataan di langit dan di bumi…” (S. Al-Anbiya:4)
Ayat itu menyatakan bahwa di langit
ada perkataan (ucapan), yang berarti bahwa di langit tentu ada makhluk yang
berkata-kata atau berbicara. Setidak-tidaknya di semua angkasa dan langit
terdapat pula makhluk yang menyerupai makhluk di bumi. Dan bilamana ada
planet-planet di lingkungan tata surya kita atau di dalam susunan lainnya yang
mengambang di ruang angkasa yang iklim serta lingkungannya memungkinkan
terwujudnya kehidupan dan perkembangannya menurut apa yang dapat dibandingkan
dengan kehidupan di bumi, maka tentulah ayat ini memberikan penjelasan tentang
adanya wujud kehidupan di sana.
10. Meteor, Meteorit, Sinar Kosmos: Ancaman bagi Penjelajah Angkasa
Cerita tentang meteor mengejar setan
yang mencoba naik ke angkasa bukanlah cerita baru. Al-Qur’an dalam surat Al-Jin
menceritakan kepada kita tentang sesuatu yang terjadi di dunia ghaib, sebagai
berikut:
وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَٱءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا
شَدِيْدًا وُّشُهُبًا. وَّاَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِۖ
فَمَنْ يَّسْتَمِعِ الْاٰنَ يَجِدْ لَهٗ شِهَابًا رَّصَدًا
Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit,
maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api…
Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit untuk mmendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba)
mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai
(untuk membakarnya). (S. Al-Jin:
8-9)
Orang telah menemukan, bahwa di
sekeliling bumi terdapat lingkaran-lingkaran atau gelang-gelang sempurna yang
berisi kumpulan-kumpulan besar elektron. Para ilmuwan memberi nama pada
sebagian besar dari gelang-gelang angkasa tersebut dengan sebutan “sinar-sinar
kosmos”.
11. Matahari dan Benda Langit Lainnya Bergerak
Oleh karena matahari merupakan salah
satu bintang dari bimasakti kita, yang telah menyelesaikan perputarannya
semenjak adanya di ruang jagat raya ini sampai sekitar dua puluh kali putaran,
maka orang memperkirakan bahwa matahari itu sendiri bersama-sama dengan anggota
lainnya dalam tata surya kita—seperti juga bintang-bintang lainnya—bergerak
dengan kecepatan ratusan juta kilometer per jam. Kitab suci Al-Qur’an
menjelaskan fakta ini dalam suarat Yasin ayat 38, sebagai berikut:
وَالشَّمْسُ
تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۖ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ
Dan matahari berjalan ke tempat yang ditentukan baginya.
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
12. Tanda-tanda Hari Pembalasan
Di dalam surat Ad-Dukhan ayat 10 hal initerungkap:
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِى السَّمَٱءُ بِدُخَانٍ مُّبِيْنٍ
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kekeringan yang nyata.
Bagaimanapun harus diakui, bahwa
setiap bintang, atau matahari yang menyerupai matahari kita, pada suatu waktu
mengembang sebelum memperoleh kestabilan. Terkecuali matahari kita, ia tidak
mengalami proses ini dan masih tetap seperti dahulunya. Apabila terjadi
matahari kita berkembang, maka apinya yang ganas dan gas-gas atmosfernya yang
mudah menyala akan memenuhi ruang angkasa terdekat dan mencapai bumi kita.
Itulah makna yang dikandung ayat itu.
AYAT-AYAT LAIN TENTANG GEJALA ALAM
SEMESTA
1.
Gelap
Mendahului Terang
Surat Al-An’am ayat 1:
اَلْحَمْدُ
لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ ظُلُمٰتِ وَالنُّوْرَەۗ
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan
mengadakan gelap dan terang…
Ayat ini menegaskan, bahwa di dalam
semesta ini gelap mendahului terang.
2.
Bintang sebagai
Penunjuk Jalan
Surat Al-An’am ayat 97:
وَهُوَالَّذِيْ
جَعَلَ لَكُمُ النُّجُوْمَ لِتَهْتَدُوْا بِهَا فِيْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ
وَالْبَحْرِۗ
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya penunjuk jalan dalam kegelapan di darat dan di laut…
Ayat ini memperlihatkan dengan cara
yang menakjubkan, dan dengan gaya ilmiah yang orisinal, tentang bagaimana
bintang-bintang—dan bukan planet-planet lain—yang digunakan untuk menentukan
arah di darat, dan bagaimana ia dipergunakan oleh para musafir di padang pasir
dan ditengah lautan sebagai penunjuk jalan.
3.
Badai Laut
Surat An-Nur ayat 40:
اَوْكَظُلُمٰتٍ
فِيْ بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَّغْشٰهُ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ سَحَابٌ ۖ ظُلُمٰتٌ
بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍۗ اِذَٱ اَخْرَجَ يَدَهٗ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَاۗ وَمَنْ لَّمْ
يَجْعَلِ اللهُ لَهٗ نُوْرًا فَمَا لَهٗ مِنْ نُّوْرٍ
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam yang diliputi oleh
ombak yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya tiadalah dia dapat
melihatnya; (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunuk) oleh Allah
tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.
Ayat ini menerangkan dengan
kecermatan yang tepat dan dengan keselarasan kata tentang badai yang sudah
tentu diketahui oleh Rasulullah saw.
4.
Gunung sebagai
Pasak Bumi yang Menjaga Keseimbangan
Surat An-Naba ayat 6 dan 7:
اَلَمْ نَجْعَلِ
الْاَرْضَ مِهٰدًا. وَّجِبَالَ اَوْتَادًا
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan
gunung sebagai pasak?
Bagian kedua (ayat 7) mengibaratkan
gunung sebagai pasak, yang biasa menahan tenda berdiri kokoh apabila diikatkan
kepadanya. Ini adalah suatu contoh pernyataan ilmiah yang orisinal. Tak seorang
pun dapat memahaminya kecuali mereka yang ahli di bidang geologi.
5.
Al-Qur’an
Membedakan Pengertian Sinar Matahari dan Cahaya Bulan
Di dalam surat Yunus ayat 5:
هُوَالَّذِيْ
جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَٱءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bula bercahaya…
Al-Qur’an di sini menerangkan suatu gejala
yang amat penting. Matahari memancarkan kepada kita “sinar yang tidak hanya
member cahaya”, yang berarti menerangu akan tetapi juga memberikan panas
(melalui sebagian besar dari radiasi matahri sebesar separo energinya yang
dipencarkan kepada kita dan ruang angkasa) yang memanaskan materi serta
benda-benda yang merintangi jalannya. Al-Qur’an menyajikan
pengertian-pengertian ini pada tingkatan ilmiah. Ia membedakan antara “sinar”
(radiasi, pancaran) yang berasal dari matahari dan “cahaya” yang dating dari
bulan. Yang pertama digambarkan sebagai cahaya yan bersumber pada dirinya
sendiri, sedangkan yang kedua memberikan cahaya yang bersumber dari benda lain.
6.
Bumi Berbentuk
Elips
Di dalam surat Ar-Ra’d ayat 41 dinyatakan:
اَوَلَمْ
يَرَوْا اَنَّا نَأْتِ الْاَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ اَطْرَافِهَاۗ
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami dalam
mengendalikan bumi Kami kurangi tepi-tepi luarnya sedikit demi sedikit…
Ayat ini menunjuk pada kenyataan,
bahwa semenjak diciptakan bumi bumi ini terkikis pada ujung-ujung sumbunya.
Dalam keterangan ini terdapat uraian mengenai suatu gejala alam semesta yang
belum diketahui para ilmuwan belum lama ini. Penyelidikan ilmiah yang dilakukan
terhadap bentuk bumi membuktikan, bahwa garis tengah yang menghubungkan kedua
kutubnya dengan perlahan berkurang tapi ajeg.
7.
Bumi Berputar
Mengelilingi Diri Sendiri, Munculnya Siang dan Malam
Dalam surat Az-Zumar ayat 5 disebutkan:
خَلَقَ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ ۚ يُكَوِّرُ الَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (perimbangan yang) benar,
Dia menciptakan malam atas siang…
Ini adalah sebagai tambahan terhadap
fakta lain, bahwa dipermukaan bumi kita ini ada siang dan malam di saat yang
bersamaan. Telah diketahui, bahwa pada waktu Benua Amerika diselimuti oleh
malam, maka “benua-benua tua” berada di siang hari. Telah diketahui juga, bahwa
malam datang dari barat kke timur, menyelubungi bumi dan atmosfernya, dan
menutupi apa yang diterangi pada siang hari. Inilah yang ditunjukkan oleh ayat
tersebut, yang membuat kita kita kagum dalam cara melukiskan bentuk bumi,
perputaran dan hubungan antara perputaran mengelilingi dirinya sendiri dengan
munculnya siang dan malam.
MENGENAL ALLAH LEWAT SAINS MODERN
(Abdul Rozaq Naufal)
Bagian Pertama
Hukum Alam
1.
Tentang Alam
Posisi bumi tempat
kita hidup berada jauh dari matahari yang panasnya dapat mencapai 12000 derajat
Fahrenheit. Jaraknya keduanya, yaitu sekitar 92500 juta mil, sedangkan jarak
bumi dan bulan sekitar 240000 mil. Jarak inilah yang cukup dan sesuai dengan
kehhidupan makhluk-makhluk di bumi. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan 10000 mil perjam. Seandainya
kecepata rata-ratanya kurang dari angka tersebut, niscaya siang akan bertambah
panjang sehingga kekeringan akan melanda tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup
lainnya. Malam pun akan bertambah lama sehingga musim dingin akan mengurangi
benih-benih kehidupan.
Lihatlah siklus air yang ada di bumi, niscaya
Anda akan mengetahui, bahwa semua fenomena itu diciptakan dengan disertai
sebuah system yang begitu sempurna. Apakah semua peristiwa tersebut terjadi
secara kebetulan? Lihatlah putaran bumi yang berputar mengelilingi matahari,
yang kemiringan porosnya menjadi 23 derajat. Bagaimana mungkin terjadi
pergantian musim di dalam satu tahun, mulai musim dingin, musim semi, kemusdian
musim panas, jika porosnya tidak miring? Seandainya bumi tidak berputar
mengelilingi matahari, tetesan-tetesan air yang menguap dari laut akan jatuh di
dua tempat saja, yaitu utara dan selatan. Jika demikian, seluruh benua akan
megalami kebekuan dan kepanasan sepanjang masa.
2.
Keseimbangan
Sistem
Artinya:
“Allah
mempergantikan malam dan siang, sesungguhnya pada yang demikian menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (S. An-Nur: 44)
Berpindahnya
posisi matahari pada rasi bintang akan mengakibatkan perbedaan masa pada siang
dan malam sesuai dengan perbedaan musim. Perbedaan ini akan terus berlanjut
silih berganti. Oleh karena itu, di dalam satu tahun, semua makhluk hidup yang
berada di muka bumi akan tumbuh. Makhluk hidup itu akan mengalami masa gelap
dan terang masing-masing enam bulan sekali.
3.
Pelajaran dari
Alam
Artinya:
”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya
Kamilah yang meluaskannya.” (S.
Adz-Dzahab: 47)
Philipin mengungkapkan di dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Memandang ke Langit bahwa sesungguhnya alam itu lebih luas dan lebih besar
dari apa yang kita pikirkan. Benda-benda yang jauh dari bumi beterbangan di
angkasa dengan kecepatan yang sangat menakutkan. Para astronom menyatakan bahwa
kumpulan rasi bintang kita terdiri atas ratusan ribu bintang. Banyak orang
menyangka bahwa di antara bintang-bintang tersebut hanya terdapat ruang hampa
belaka. Padahal, sebenarnya bintang-bintang itu mengandung gas dan unsur materi
yang berbeda-beda. Philipin menambahkan bahwa sesungguhnya alam berikut
bintang-bintang yang jumlahnya tidak terbatas memiliki bentuk berbeda-beda, dan
tersebar di segala arah, hanya terlihat seperti percikan-percikan cahaya
petasan. Akan tetapi, cahaya yang tampak kemudian hilang itu hanya merupakan
pandangan mata manusia saja yang mampu menangkap cahaya dari bintang-bintang
kecil. Padahal, cahaya itu jumlahnya berjuta-juta hingga tidak dapay antara
satu dengan yang lainnya.
Ilmu pengetahuan modern menegaskan bahwa kecepatan cahaya mencapai
186000 mil perdetik. Di antara bintang-bintang itu, ada yang mengirim cahaya
dan sampai kepada kita dalam waktu satu menit. Namun, ada juga bintang-bintang
yang cahayanya sampai kepada kita setelah satu bulan.
Bumi terdiri atas lapisan-lapisan udar yang tingginya mencapai
ratusan mil. Lapisan udara inio tersusun dari unsure oksigen, nitrogen, karbondioksida,
uap air, ozon, dan gas-gas yang mamiliki kadar tertentu. Pada awal tahun 1977,
sebuah lemabaga penelitian ilmiah mengungkapkan bahwa banyaknya pengguna
semprotan pewangi rambut yang mengandung zat kimia oleh para wanita untuk
menambah kecantikan, akan mengurangi lapisan-lapisan karbon pada ozon.
4.
Alam dan Isinya
Artinya:
“Maka apakah
mereka tidak memerhatikan langit di atas mereka, bagaimana kami membangunnya
dan menghiasinya dan tidak ada padanya keretakan?” (S. Qaaf: 6)
Sichna mengatakan,
“Tidak akan mampu seseorang menengadahkan pandangannya ke langit, keculai dia
akan tertunduk dengan perasaan rendah hati. Hal itu, karena dia menyaksikan
berjuta-juta bintang yang terang benderang, dan rotasi pergerakan dan
ketinggiannya selalu terjaga.”
5.
Bumi
Bumi adalah salah satu di antara planet-planet yang berputar
mengitari matahari dan diikuti oleh benda-benda langit lainnya. Bentuk bumi
hampir mirip dengan bola. Hanya saja, bumi sedikit melengkung tepat di atas
garis khatulistiwa dan merata pada dua kutub. Panjang diameter horisontalnya
sekitar 79000 mil dan diameter vertikalnya mencapai 9727 mil. Garis lingkar
luarnya di antara dua kutub sekitar 24220 mil, dan garis lingkar sekitar
khatulistiwa sekitar 24900 mil. Hamparan permukaannya mencapai 200 juta mil
persegi. Luas daratannya sekitar 50 juta mil persegi, sedangkan luas
perairannya mencapai 150 juta mil persegi.
Sejak zaman
dahulu, manusia berusaha memperkirakan usia planet bumi. Pada abad ke-17,
pendeta James Authur mengatakan bahwa sesungguhnya keberadaan ala mini dimulai
sejak tanggal 26 oktober 4004 tahun sebelum Masehi. Adapun di dalam salah satu
kitab suci India disebutkan bahwa ala mini telah berusia 1.973.949.056 tahun.
Sebuah pernyataan terbaru yang berdasarkan observasi bintangt dengan metode
ilmiah yang dilakukan olah Lake, Moufaz, Yalson, dan Wulmar menyebutkan bahwa
usia dari planet bumi sekitar 5.400.000.000 tahun. Kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam angka ini, yaitu mendekati 20%. Berat bumi mencapai
7000.000.000.000.000.000.000 ton. Coba bayangkan benda seberat ini tergentung
di langit, maka apakah tidak akan beriman kepada Allah bagi orang-orang yang
merenungkan angka tersebut, dan memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah yang
terdapat pada benda itu?
6.
Palnet Mars
Panjang
diameternya tidak lebih dari 0,5 +35 mil dari diameter bumi. Jarak dari
matahari sekitar 141 juta mil. Mars berputar mengelilingi matahari di dalam 686
hari atau satu tahun menurut perhitungan waktu planet Mars. Disebutkan bahwa di
atas permukaan Mars terdapat gumpalan salju khususnya di bagian kutub. Ketika
hujan mengguyurnya dengan keras, gumpalan salju mmencair dan membentuk
sungai-sungai. Sungai-sungai yang terbentuk pada zaman dahulu tersebut telah
mongering. Akan tetapi tanda-tanda bekas adanya aliran sungai pada tempat
tersebut masih dapat terlihat. Selain itu, observasi ilmiah menyebutkan adanya
kandungan gas di dalam udara planet Mars seperti halnya udara bumi. Hanya saja,
unsure oksigennya jauh lebih sedikit disbanding oksigen yang terdapat pada lapisan udara di bumi.
7.
Bulan
Bulan adalah benda
lngit yang paling dekat dengan bumi dan bentuknya paling kecil di antara
benda-benda langit yang bergerak mengitari bumi. Perputaran bulan dan
mataharilah yang menyebabkan timbulnya penentuan jarak dan waktu.
Lord Afprit menyebutkan, “Sesungguhnya di atas permukaan bulan yang
tandus terdapat gunung-gunung berapi yang sangat besar, namun tidak aktif.
Ketinggiannya mencapai 42 ribu kaki ditambah 13 ribu kaki dari atas puncak
gunung yang ada di bumi. kawah gunung berapi tersebut sangat
besar hingga diameternya mencapai 100 mil. Usianya pun berjuta-juta tahu lebih
tua dari usia pegunungan yang ada di bumi.
8.
Matahari
Matahati adalah
benda langit yang dipenuhi nyala api. Diameternya lebih dari satu sepertiga
juta kilometer. Luasnya mencapai 325 kali dari bumi. Beratnya sekitar 332 kali
dari berat bumi. Suhu di dalam perut matahari mencapai sekitar 20 juta derajat
Celcius, sedangkan suhu permukaannya sekitar 9900 derajat Celcius. Dari
permukaan ini terpancar nyala api yangtingginya mencapai 500000 km. Panasnya
terus menyala di angkasa dengan kekuatan 167400 H.P (Horse Porer) pada setiap
satu meter persegi.
Permukaan matahari mengandung unsure tegangan listrik dan magnetis
yang sangat dahsyat. Yang mencengangkan para ilmuwan adalah bahwa matahari
sebagaimana pengetahuan mereka terhadap lapisan-lapisan bumi, masih tetap
megeluarkan panas dengan kadar yang sama sejak jutaan tahun yang lalu. Dr.
Thomas Gold, wakil direktur observasi Graintisy, mengumumkan bahwa sebuah
ledakan telah terjadi di matahari pada tanggal 13 Februari 1956. Daya ledaknya
sama dengan ledakan jutaan bom hidrogenis. Ladakan ini telah mengakibatkan bumi
tertimpa hujan cahaya. Ia berkata, “Penambahan cahaya secara besar-besaran
terhadap bumi dimulai pada 3.45 am. (GMT) dan berlangsung selama dua jam.
Tambahan cahaya yang mmenimpa bumi dari cahaya alam tersebut adalah yang
terbesar sepanjang sejarah.
9.
Bintang dan
Planet-planet
Merkurius, Venus,
Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, comet, meteor, dan
bintang-bintang yang jumlahnya tidak terbatas, memiliki bentuk lebih besar dari
apa yang kita pikirkan. Misalnya, rasi Yaman adalah sebuah bintang yang
ukurannya 500 kali lebih besar dari pada matahari. Cahayanya lebih redup dari
cahaya matahari. Letaknya satu juta lebih jauh dari jarak matahari kita.
Bintang tersebut tampak diam, tidak bergerak apabila dilihat oleh mata kita.
Padahal sebenarnya, ia bergerak di angkasa dengan kecepatan 1000 mil per menit.
10. Rahasia Alam
Rahasia-rahasia yang terdapat di langit terletak pada sejumlah
bintang antara rahasia tersebut, salah satunya ditemukan oleh Dr. Syamdetch
pada malam tanggal 24 November 1876. Ia menemukan sebuah bintang yang diberi
nama Nafasen. Ia mengaku telah meneliti rasi bintang selama empat hari sebelu
menemukan bintang tersebut. Ia menegaskan bahwa pada awalnya, tidak ada kesan
sama sekali dari bintang tersebut meskipun kilatan cahayanya sangat cepat dan
bentuknya dua kali lebih besar dari bentuk bintang lainnya.
Akan tetapi,
setelaah berjalan selama satu minggu, cahayanya kemudian berkurang. Pada minggu
berikutnya cahayanya hilang secara keseluruhan hingga hampir tidak dapat
dilihat, kecuali dengan mempergunakan teleskop. Setelah itu, cahayanya sama
sekali tidak dapat dilihat. Disebutkan bahwa kejadian itu kembali kepada pembakaran yang
diakibatkan benturan yang terjadi padanya, sementara bentuknya sama dengan
matahari. Adapun proses terjadinya benturan itu dan lenyapnya pembakaran
dahsyat tersebut masih menjadi teka-teki.
Bagian Kedua
Keajaiban-keajaiban di dalam
Kehidupan
1.
Manusia dan
Makhluk Bersel Satu
Artinya:
“Maka
hendaklah manusia memerhatikan dari apakah dia diciptakan.”
(S. At-Thariq: 5)
Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa
pada dasarnya manusia hanya bersel satu. Sel ini kemudian membentuk tulang
belakang dan tulang rawan serta daging. Sel ini pulalah yang merekatkan
aliran-aliran darah, kemudian membentuk lapisan-lapisan kulit tipis serta bulu
mata yang halus. Dari sel tersebut juga muncul penglihatan, pendengaran, dan
rasa. Sekaligus sel ini pula yang berfungsi menentukan tinggi, pendek, putih,
dan hitamnya seseorang.
Pada tahun 1964, para ilmuwan
bersujud mengakui kekuasaan Sang Pencipta ketika mereka menemukan unsur-unsur
yang tidak diketahui susunannya pada sel-sel. Unsur tersebut berfungsi menjaga
kehidupan sel-sel dengan menghilangkan bahaya yang mengancamnya.
2.
Janin
Lihatlah kondisi janin. Bagaimana
dia dapat memakam makanan di dalam perut ibunya. Bagaimana pula dengan tali
yang menginkatnya dengan ibunya sehingga ia dapat mengambil makanan melalui
tali tersebut. Jika semua itu direnungkan, tidak ada yang dapat kita perbuat,
kecuali mengakui kekuasaan Sang Pencipta yang menciptakannya sangat teliti.
3.
Kelahiran
Artinya:
“Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu sedang kamu tidak mengetahui sesuatu dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati supaya kamu bersyukur.” (S. An-Nahl: 78)
Ketika
usia kandungan menginjak masa-masa terakhir, kelenjar-kelenjar kewanitaan pun
terpancar dengan tujuan yang berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan kelenjar
susu. Suatu hal yang menakjubkan adalah Allah menjadikan cairan ini ibarat
sebuah bahan kimia yang dapat melindungi sang bayi dari berbagai macam
penyakit.
4.
Kulit Manusia
Tubuh dibalut oleh sebuah penutup
yang sangat rapat dan di dalamnya tersembunyi sejumlah rahasia. Penutup tubuh
tersebut adalah kulit. Ia merupakan tanda yang peling menakjubkan atas
keagungan Sang Pencipta. Kulit tidak tertembus air maupun dengan gas meskipun
ia memiliki toleransi dalam membantu pengeluaran air dari dalam tubuh.
Jadi, tidaklah berlebihan pernyataan
Dr. Richald Cabhut mengenai hal ini. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan
telah meletakkan sebuah kekuatan besar di dalam tubuh kita yang dapat
menyembuhkan penyakit. Para dokter telah berusaha mencotohnya meskipun dengan
cara berbeda, yaitu melalui operasi atau pemberian obat lainnya. Kekuatan
tersebut tidak pernah berhenti dalam memberikan kontribusi terhadap kekebalan
tubuh kita untuk menghilangkan penyakit dan rasa sakit.
5.
Indera Pendengaran,
Penglihatan, dan Penciuman
Indera pendengaran berawal dari
telinga nagian luar, sedangkan ujung dari indra tersebut tidak ada yang
mengetahuinya, kecuali Allah. Apakah ada yang lebih menakjubkan dari perkataan
Chourthi, seorang ahli yang menegaskan bahwa sesungguhnya bagian dalam telinga
terdiri atas saluran-saluranyang bentuknya mirip dengan sekrup dan melengkung
setengah lingkaran.
Indra penglihatan berpusat pada
mata. Syaraf-syarafnya mampu menangkap 130 juta cahaya. Syaraf-syaraf tersebut
terbalut oleh kelopak mata yang memiliki bulu-bulu lentik dan senantiasa
melindunginya siang dan malam. Adapun cairan yang terdapat pada mata, atau yang
dikenal dengan air mata adalah sebuah pembersih yang sangat kuat. Caaiaran ini
juga berfungsi memperlancar gerakan mata.
Penciuman adalah indra yang sungguh
menakjubkan. Pusat indra ini adalah sebuah daerah kecil yang terdiri atas
selaput llendir (mucosa) yang berfungsi mengeringkan hidung. Daerah ini disebut
wilayah penciuman. Pada daerah ini tidak terdapat bulu-buluan, melainkan hanya
dihuni oleh sel-sel penciuman yang panjang dan halus, dan berfungsi menghantar
objek ke otak. Satu hal lagi yang menakjubkan yang mampu ditemukan oleh ilmu
pengetahuan, yaitu mengenai rongga hidung. Ternyata organ ini berupa selaput
otak keras yang penuh dengan udara dan terdapat di dalam tengkorak kepala.
6.
Tulang
Tulang pada manusia menjadi bukti
luar biasa atas konstruksi Tuhan yang kita sembah. Tualng tersebut saling
bersambungan melalui sendi yang berfungsi menggerakan otot. Hikmah dari
keterkaitan kerangka tulang ini lebih besar dari apa yang mestinya dijelaskan.
Salah satunya adalah mempermudah gerakan seluruh tubuh tanpa kendala sama
sekali. Tulang tersebut merupakan subsidi karena berperan sebagai pembentuk
sel-sel darah. Adapun unsur kesesuaian tulang yang diciptakan terhadapnya tidak
terlepas dari pemandangan menakjubkan.
Telah ditemukan pula bahwa manusia
mempunyai kepala yang sejarahnya kembali kepada dua setengah juta tahun yang
lalu. Tengkorak kepala ini dianggap sebagai manusia pertama yang dikubur.
Fosilnya ditemukan pada salah satu gunung di padang pasir di sebelah timur
Danau Rudolf di Kenya. Fosil manusia yang ditemukan itusama sekali tidak
berevolusi dari satu makhluk yang menyerupai kera. Akan tetapi, bentuk tersebut
telah ada sejak lebih dari 2,5 juta tahun yang lalu. Penemuan dan pembuktian
fosil manusia ini merupakan akhir dari kejayaan teori Darwin. Sesungguhnya
manusia diciptakan dengan penciptaan yang berasal dari zatnya sendiri. Ia tidak
berasal dari kera dan dari hewan lainnya. Bukankah semua yang dikatakan
Al-Qur’an itu benar?
Artinya:
“Sesungguhnya
kami menurunkan Kitab kepadamu untuk manusia dengan (membawa) kebenaran, maka
barang siapa yang mendapat petunjuk, maka petunjuk itu untuk dirinya, dan
barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya (kesesatan itu) untuk dirinya; dan
tiadalah engkau pelinndung atas mereka.” (S. Az-Zumar: 41)
7.
Ilmu Genetika
a.
Keturunan Dekat
dan Keturunan Jauh
Artinya:
“Diharamkan atas
kamu mengawini ibu-ibumu, anak perempuan, saudara-saudara perempuanmu,
saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak
perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara
perempuanmu, ibu-ibu yang menyusukanmu, saudara-saudara perempuan susuan,
ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak tiri yang dalam pemeliharaanmu, dari istri
yang pernah kamu campuri; tetapi jika kamu belum mencampuri mereka, maka
tidaklah berdosa atasmu (mengawini anak tiri itu), istri-istri anak kandungmu
(menantu) dan mengumpulkan (mengawini) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
pada yang telah lalu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(S. An-Nisa: 23)
Al-Qur’an
mengharamkan bagi manusia untuk menikahi orang-orang yang telah disebutkan pada
ayat tersebut di atas. Ilmu genetika mengatakan bahwa jika kedua orang tua
mempunyai pertalian darah satu sama lain, atau mereka memiliki hubungan
kekerabatan kemudian menikah maka pernikahan itu disebut sebagai pernikahan
keluarga. Keturunan yang lahir fari keduanya juga disebut keturunan dekat. Jika
keduanya tidak mempunyai hubbungan apa-apa, dan masing-masing berasal dari
keluarga jauh maka pernikahan itu disebut pernikahan jauh. Keturunan yang lahir
dari keduanya pun disebut keturunan jauh.
Beberapa ahli
telah melakukan percobaan pada beberapa generasi makhluk hidup yang berbeda di
antaranya Cramb pada tahun 1883, Witsamius pada tahun 1894 dan yang lainnya.
Percobaan yang mereka lakukan membuahkan hasil berupa suatu kesimpulan, yaitu
perkawinan antara orang-orang yang memiliki hubungan keluarga cenderung
menghasilkan keturunan yang rawan terkena penyakit. Biasanya anak yang lahir
pun akan mempunyai cacat fisik.
Teori ini
menjelaskan ayat-ayat yang mulia kepada kita sebagaimana yang terdapat di dalam
Al-Qur’an bahwa sesungguhnya Nabi Nuh a.s. mengambil setiap makhluk hidup
secara berpasang-pasangan ke dalam perahunya, bukan satu pasang saja. Tujuannya
adalah agar mereka dapat melangsungkan pernikahan.
b.
Menentukan Jenis
pada Manusia
Mengenai penentuan jenis kandungan ini, Al-Qur’an telah menjelaskan
secara gambalang bahwa spermalah yang berperan menentukan jenis pada manusia.
Allah SWT berfirman, “Bukankah dia dahulunya setetes air mani yang
dipancarkan. Kemudian menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptalannya dan
menyempurnakannya, maka Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan
perempuan?” (S. Al-Qiyamah: 39)
8.
Ilmu Metafisika
a.
Keberadaan Roh
Tema ini masih menjadi pokok
pembicaraan pada beberapa universitas dan lembaga-lembaga lainnya sampai
sekarang. Hasil yang dicapai oleh ilmu pengetahuan ini (tentang roh) merupakan
sebuah dukungan bagi ilmu pengetahuan secara dan para ahli. Yang menakjubkan
adalah semua hasil yang dicapai oleh ilmu ini telah disebutkan terlebih
terlebih dahulu di dalam Al-Qur’an sejak ribuan tahun yang lalu dengan begitu
jelas ada kesamar-samaran lagi.
Kisah penciptaan manusia yang
terdiri atas jasad dan roh muncul di dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada beberapa
surat. Di antaranya, Allah SWT berfirman:
Artinya:
“(igatlah)
ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat. Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila Aku telah menyempurnakannya dan
Aku meniupkan kepadanya dari roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tunduk sujud
kepadanya.” (S. Shaad: 71-72)
b.
Kekekalan Roh
Di dalam surat Al-Fajr, Allah SWT berfirman,
Artinya:
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan
diridai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam
surge-Ku.” (S. Al-Fajr: 27-30)
Ayat ini menjelaskan bahwa
sesungguhnya jiwa atau roh akan kembali kepada Tuhannya setelah manusia
meninggal dunia. Ilmu pengetahuan modern menegaskan bahwa setelah meninggalkan
jasadnya, roh akan menempati sebuah tempat. Buku-buku yang membahas masalah ini
sangat beragam, dan semuanya sepakat bahwa roh akan tetap hidup setelah manusia
meninggal dunia, sehingga apa yang kita sebut sebagai mati, hanyalah sebuah
fase yang telah ditentukan oleh Yang Maha Mengetahui.
c.
Sakratul Maut
Di
dalam surat Qaaf, Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Dan datanglah sakratul maut dengan sebenarnya. Demikianlah yang
kamu tidak dapat melarikan diri.” (S.
Qaaf: 19)
Maksud ayat ini adalah kematian itu mempunyai sakratul maut
atau dengan kata lain disebut anestetik. Allah menjadikan tidur itu
sebagai mati sementara, dan menjadikan mati itu sama dengan tidur. Kedua
kondisi tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap manusia, sebagaimana yang
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Ilmu kedokteran modern pun mengatakan, “Kondisi kematian adalah
kondisi anestesik (dibius). Semua denyut jantung terasa lemah dari yang
sebelumnya dalam memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jika tekanan darah
sudah semakin berkurang, otak pun akan berhenti bekerja hingga organ vital pada
tubuh pun tidak berfungsi. Pada saat itu, manusia menyambut datangnya kehidupan
baru.” Yang menakjubkan adalah pernyataan para ahli dalam hal ini tidak lain,
kecuali lafazh-lafazh yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan
keserupaan mati dan tidur, sakratu maut, dan kehidupan setelah mati.