Minggu, 21 April 2013

Mukjizat Al-Qur'an Berdasarkan Ayat Semesta



AL-QUR’AN TENTANG ALAM SEMESTA
(Dr. Muhammad Jamaluddin El-Fandy)

Al-QUR’AN DAN ILMU

1.      Al-Qur’an Mendorong Manusia Mencari Ilmu
Perkataan “ilmu” di sini bermakna semua cabang pengetahuan tanpa mengecualikan salah satu di antaranya. Kitab suci Al-Qur’an, tidak ayal lagi, mengangkat dari ilmu-ilmu tersebut, dan mendorong manusia agar mempelajarinya untuk kepentingan bersama. Pada hakikatnya, bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu pengetahuan, dan jadi pelopor pemberi kedudukan terhormat kepada ilmu pengetahuan. Ayat yang pertama kali turun itu berbunyi:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ. خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ. الَّذِيْ بِالْقَلَمِ. عَلَمَ الْاِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ.

Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.  (S. Al-‘Alaq: 1-5)

2.      Ilmu untuk Mencapai Kekuasaan, Kekuatan, Keimanan, dan Takut pada Allah
Kitab suci Al-Qur’an kemudian dalam berbagai tahapan dari wahyu menguraikan tentang makna ilmu dan pendidikan, yang pada garis besarnya mencakup semua ilmu yang berhubungan dengan alam semesta, benda, enargi, sistem-sistem, dan kehidupan. Sebagai contoh, ambillah ayat sebagai berikut:

اِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰٓٶُا ۗ اِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

            Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah mereka yang memiliki pengetahuan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Pengampun. (S. Fathir: 28)


Al-QUR’AN MEMBEDAKAN ANTARA KEPASTIAN DAN SPEKULASI

1.      Ilmu Pengetahuan Berlandaskan Kepastian
Ilmu pengetahuan modern dibangun di atas landasan pembedaan antara kepastian dan spekulasi. Bila Al-Qur’an menyampaikan pendirian-pendirian yang kokoh, maka demikian pula halnya para ilmuwan. Mereka tidak mengakui salah satu cabang pengetahuan, kecuali jika cabang pengetahuan itu berlandaskan pada akal sehat dan argumen yang kuat, atau pengalaman yang mendalam.
Kenyataan bahwa Al-Qur’an telah memberikan perhatian yang luar biasa kepada cita yang luhur ini, yang pada hakikatnya merupakan pokok pangkal suksesnya “kebangkitan kembali ilmu pengetahuan” (scientific renaissance) di zaman modern, yang membedakan secara tegas antara hal-hal yang pasti dan spekulasi. Amatlah disesalkan, bahwa umat Islam dalam suatu kurun masa tertentu telah menghabiskan waktu dan upayanya untuk permasalahan-permasalahan yang sia-sia, dengan menerapkan filsafat yang tak tentu arah-tujuannya, serta mengadakan pengkajian dalam bidang metafisika yang tidak mempunya landasan. Keadaan ini mendorong kepada penyebaran takhayul, kepercayaan yang tidak ada dasarnya, dan gambaran-gambaran semu. Mereka, misalnya menafsirkan pasang naik dan pasang surut sebagai perbuatan malaikat lautan, yang diduga memasukkan ibu jarinya ke dalam air, menyebabkan air bergelembung dan meluap, kemudian air akan surut apabila malaikat itu mengangkat ibu jarinya kembali dari dalam air. Di dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 148 dikatakan:  

قُلْ فَلِلّٰهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ ۚ فَلَوْ شَٱءَ لَهَدٰىكُمْ اَجْمَعِيْنَ

Katakanlah: “Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?” Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta. 

2.      Hukum Keilmuan Memberi Otentisitas Maksimum Menuju Kesempurnaan
Dengan berlalunya masa dan meluasnya wawasan pengetahuan manusia, serta dengan semakin berkembangnya kecermatan di bidang pengamatan (observasi), maka para ilmuwan dari waktu ke waktu memperkenalkan perubahan dan modifikasi dalam berbagai hokum ilmiah itu untuk lebih mendekatkannya kepada kenyataan, atau agar ia lebih memberikan hasil guna. Dalam upaya ini mereka menggunakan berbagai jenis materi untuk riset, terutama sekali adalah yang berkaitan dengan teori. Kemudian menyusul setelah itu eksperimen di laboratorium, lapangan pertanian/peternakan atau di alam secar keseluruhan. Inilah yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dalam hal memahami kenyataan-kenyataan, yang tertera di dalam ayat yang berbunyi:

قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ بَدَاَ الْخَلْقَ

Katakanlah: Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan dari permulaannya… (S. Al-Ankabut: 20)

3.      Kesimpulan Tanpa Bukti Tak Bermanfaat
Suatu kesimpulan yang tidak ditunjang oleh pengalaman atau bukti tidak ada manfaatnya. Dengan berbuat seperti itu mereka tak ubahnya ibarat orang yang menyimpulkan ciri-ciri dari sesuatu atau gejala alam semesta tanpa mempelajari objek yang mereka amati, atau ibarat orang yang mewarisi keyakinannya tanpa mengujinya untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Dalam menggambarkan orang-orang seperti itu, Al-Qur’an menyebutkan:َ
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَٱاَنْزَلَ اللهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ قَلُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَٱءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَٱٶُهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ شَيْئٌا وَّلاَيَهْتَدُنَ

Apabila dikatakan kepada mereka, “marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul,” mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?

BEBERAPA PRINSIP YANG BERTALIAN DENGAN ALAM SEMESTA

1.      Ilmu Pengetahuan Alam Hanya Menelaah Sesuatu yang Wujud
Biasanya, semua teori ilmiah berusaha menafsirkan permulaan dari alam semesta atas dasar asumsi-asumsi tertentu yang tak dapat dibuktikan, atau atas dasar ide-ide tertentu, di mana tak seorang pun tak dapat mengetahui apa yang ada di sebaliknya. Ilmu fisika tidaklah menyentuh masalah penciptaan dari suatu keadaan yang tidak ada. Ilmu ini hanya memastikan diri pada penelaahan karakteristik dari sesuatu yang wujud, baik ia berupa zat, energi, maupun berupa kehidupan.

2.      Atom Hidrogen: Gas Alam Semesta
Seseorang hanya dapat menjelaskan sifat dari setiap zat atau unsur (element) dengan mengetahui jumlah dari partikel-partikel yang ada dalam setiap atom. Dari semua atom, yang paling sederhana susunannya ialah atom hidrogen. Atom ini dikenal pula sebagai gas alam semesta (universal gas) atau gas yang mewujudkan sesuatu. Dari gas itulah dibangun zat-zat lain yang dikenal orang. Atom hidrogen ini terdiri dari satu inti atom (nucleus), yakni suati proton yang mempunyai sifat positif, dan di sekelilingnya berputarlah elektron yang bersifat negatif.

3.      Pemecahan Atom
Umumnya orang telah menyakini hingga waktu belum lama ini, bahwa atom tidak dapat dipecah lagi menjadi partikel-partikel dasar (yang lebih kecil lagi). Akan tetapi kala dalam abad ini ditemukan metode untuk memisahkan atom, akhirnya kita memperoleh kepastian, bahwa di dalam atom tersimpan energy yang amata besar. Pada kebanyakan unsur, inti atomnya tidak hanya terbatas  pada poton yang positif saja. Melainkan terdapat juga netron (neutron) yang menjadi partikel dasar dan tidak berisi muatan tertentu. Sebagai misal, unsur Helium (He), yang diperoleh sebagai hasil peledakan atom-atom hidrogen, terdiri dari 2 netron dan 2 proton. Bila kita melanjutkannya sampai ke berbagai inti hingga kita memperoleh unsur-unsur berat, misalnya yang terdapat dalam Uranium (U), kita melihat bahwa inti dari unsure ini terdiri dari 92 proton dan 146 netron.
Biasanya muatan negatif dalam satu atom sama dengan jumlah muatan psitifnya. Hal inilah yang menyebabkan muatan listrik dari sebuah atom sama dengan nol.   

4.      Penemuan Dua Zat yang Berlainan yang Membentuk Alam Semesta
Beberapa tahun yang lalu, orang telah menghasilkan penemuan-penemuan baru di alam materi sehubungan dengan pembentukan atom. Yang terpenting di antaranya ialah ditemukannya proton negatif (kebalikan dari proton yang kita kenal) dan elektron positif (kebalikan dari elektron yang telah diketahui). Ini berarti ada dua jenis zat yang berlainan yang membentuk bintang-bintang, matahari, planet-planet, dan berbagai benda langit lainnya.
Para ahli astronomi mengambil manfaat dari penemuan-penemuan tersebut dalam hal kesanggupan-kesanggupannya (potentialities) dan berbagai penerapan yang rumit di dalamnya, yang mengungkapkan rahasia dari beberapa gejala alam semesta ini. Di dalam inti dari atom-atom yang berat terdapat beberapa pertikel yang bermuatan listrik. Pertikel ini disebut mason. Jika sebuah proton dipindahkan ke sebuah netron, maka proton tadi akan kahilangan mautannya, yang dipisahkan dengan pemisahan mason yang positif, dalam hal ini proton itu akan bermuatan negatif.
 
5.      Hasil Penyelidikan Ilmiah Membenarkan tentang Kemungkinan Lenyapnya Langit dan Bumi
Sekiranya terjadi galaksi-galaksi saling bertemu dan berbenturan satu sama lain, maka hasilnya akan sama seperti yang diterangkan di atas. Penemuan-penemuan tersebut mungkin memberi penjelasan atas ayat yang agung ini, yakni:

اِنَّ اللهَ يُمْسِكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ اَنْ تَزُوْلاَەۚ وَلَئِنْ زَالَتَٱ اِنْ اَمْسَكُمَا مِنْ اَحَدٍ مِّنْ بَعْدِهٖۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (S. Fathir: 41)

Bagaimanapun juga, kemungkinan tentang lenyapnya langit dan bumi adalah suatu problema yang tak dapat disangkal oleh ilmu pengetahuan sebagaimana telah kita lihat. Ini dapat dinyatakan, meskipun kita tidak sanggup memastikan, bahwa proton-proton positif dan negatif telah terwujud dalam pasangan yang besar, yang menjadi terpisah dalam satuan-satuan tunggal dengan jumlah muatannya tidak melebihi nol. Kemungkinan untuk terjaminnya keseimbangan listrik antara muatan positif dan muatan negatif, dengan berjalannya waktu dan pada suatu tempat tertentu, dapat dibuktikan dengan menyaksikannya. Di dalam Al-Qur’an kita dapati pula ayat-ayat lain yang hampir sama maknanya. Di antaranya adalah ayat sebagai berikut:

يَوْمَ فُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ

….pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit… (S. Ibrahim: 48)

AL-QUR’AN SEBAGAI CONTOH TERBAIK BAGI UNGKAPAN ILMIAH

1.      Masa Depan Umat Manusia di Bumi
Kita telah menjelaskan bahwa gaya Al-Qur’an yang tidak dapat ditiru itu membuatnya lebih menonjol lagi ketika kitab Sici itu menguraikan dengan kecermatan ilmiah hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta. Salah satu contoh yang tepat ialah sebuah ayat terdapat dalam surat Yunus, yang berbunyi:

حَتّىَٰ اِذَٱ اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَٱ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَٱ اَتٰهَٱ اَمْرُنَا لَيْلاً اَوْنَهَارًا

Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, maka pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya perintah Kami waktu malam atau siang… (S. Yunus: 24)

Tidak aka nada penjelasan yang lebih baik dan lebih terang daripada ayat ini yang menerangkan tentang masa depan dari umat manusia di bumi. Ayat Al-Qur’an ini memberikan gambaran kepada kita tentang kekuatan ilmu pengetahuan yang luar biasa, yang telah mulai dipergunakan manusia di muka bumi untuk menguasai ruang angkasa, menaklukan sungai dan lautan, dan menghancurkan bukit-bukit besar dan kecil. Kitab suci Al-Qur’an adalah peramal yang cermat. Manusia sekarang benar-benar telah memperoleh pengetahuan dan telah memegang kendali di bumi. Sesungguhnyalah, ini merupakan suatu karya dengan uraian cermat yang sesuai dengan hasil ilmu pengetahuan, dan sekaligus merupakan bukti dari gaya kitab Suci Al-Qur’an yang tak dapat ditiru yang perlu kita ketengahkan untuk lebih memperkuat keyakinan orang-orang yang beriman, dan untuk memperlihatkan satu segi dari gaya Al-Qur’an yang mengagumkan itu, baik dalam menjelaskan hal-hal yang bersifat ilmiah sekalipun.

2.      Tentang Tenaga Sentrifugal dan Gaya Universal sebagai tiang dari benda-benda alam semesta.
Ayat berikut ini dari surat Ar-Ra’d, adalah suatu pernyataan Al-Qur’an yang membantu ilmu untuk menfsirkan suatu fakta:

أللهُ الَّذِيْ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) kamu lihat…” (QS: Ar-Ra’d: 2)

Semua benda-benda langit ini terpisah antara yang satu dengan yang lainnya, dan ditahan dalam kedudukan nisbinya oleh tenaga sentrifugal dan gaya tarik universal (universal garavity). Gaya tarik dan tenaga sentrifugal, yang dihasilkan oleh perputaran dalam garis edar yang berbentuk semilingkaran atau elips, inilah sesungguhnya yang dapat dianggap sebagai tiang-tiangnya. Sungguhpun kita tidak dapat mengamati tenaga-tenaga demikian itu dengan mata kepala kita, namun tidak berarti bahwa tenaga-tenaga itu sama sekali tidak ada, oleh karena kita dapat mengukur dan memberikan perinciannya dengan cermat. Jika salah seorang dari kita dianugerahi indra untuk itu di samping indra-indra yang biasa kita miliki, dia akan mampu merasakannya (tubes of force) persis seperti kita meraba suatu benda dengan pengindraan biasa.

3.      Langit Biru sebagai Hasil Pemecahan Sinar Matahari di Atmosfer Bumi
Angkasa biru yang muncul di atas kepala kita pada siang hari tidaklah berwujud benda. Ia tiada lain dari hasil pemecahan sinar matahari di atmosfer, sama seperti ombak laut yang kecil membentur karang di pantai kemudian pecah ke segala jurusan. Secara ilmiah telah diketahui, bahwa di dalam atmosfer bumi bagian terbesar dari sinar matahari mengalami proses pemecahan (scattering effect), yang disebabkan oleh partikel-partikel udara: uap, air, dan benda-benda kecil mengeras yang dibawa berbagai arus udara.
Gelombang-gelombang biru, atau gelombang-gelombang warna biru, yang dipancarkan di dalam berkas cahaya matahari sangat banyak, karena suhu permukaan matahari yang memancarkannya, yang jumlahnya hingga 6.000 mutlak atau kurang sedikit dari itu. Begitu memasuki atmosfer bumi, gelombang biru ini terpecah ke segala jurusan dan menutup ruang angkasa dengan sejumlah besar warna biru.

4.      Mengenai Angkasa, Awan, Langit dan Air Hujan
Awan naik ke angkasa dan menutupi cahaya matahari, sementara hujan dan hujan es turun dari awan itu sendiri. Strukturnya yang mungkin mengandung muatan listrik dalam kondisi tertentu. Gejala ini diiringi oleh pembongkaran muatan listrik antara berbagai bagian dari awan yang sedang terbentuk, atau di antara beberapa awan. Pembongkaran muatan listrik ini menyebabkan timbulnya bunga api yang menakutkan, biasanya disebut kilat. Apabila pembongkaran muatan listrik teresebut terjadi antara awan dengan permukakan bumi, maka dalam hal ini, ia disebut halilintar (petir, gledek). Sudah diketahui orang, bahwa ekspansi udara yang cepat karena panas yang mendadak yang menyebabkan kilat, diikuti oleh tekanan antara dan tekanan rendah di ruang angkasa yang disebut guntur atau guruh. Mengenai bunyi guruh sumbernya berasal dari pantulan bunyi yang menggemuruh dari serangkaian basis awan, dan karena ketinggian dan sejenis itu. Jelas bahwa hujan adalah sumber dari air segar dan bersih di bumi,dan karena itu ia merupakan  tulang punggung kehidupan di bumi. Mengenai hal ini, Al-Qur’an menguraikan secara lengkap dalam berbagai ayat dan dengan berbagai cara. Tentang “angkasa”, “awan” dan “langit” disebut di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya:
1.       
أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَٱءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّعِدٌ وَّبَرقٌٗ

“….atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari awan disertai gelap gulita, guruh, dan kilat…” (QS. Al-Baqarah: 19)

2.       
وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَٱءِ مَٱءً فَاَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْٗ
“….dan Dia menurunkan air (hujan) dari awan. Lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu…” (QS. Al-Baqarah: 22)


3.       
وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَٱءِ وَالْاَرْضِ

“…dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi…” (QS. Al-Baqarah: 164)

5.      Semakin Tinggi Tempat di Angkasa Dada Semakin Sesak

وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجً كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَٱءِۗ
      “…..Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit…” (QS. Al-An’am:125)

            Suatu kenyataan ialah, bahwa bila kita naik ke ruang angkasa, tekanan atmosfer yang kita peroleh semakin berkurang. Akibatnya, oksigen yang kita hirup pun kian sedikit, yang berarti pula bahwa keadaan ini tidak memadai bagi kehidupan manusia, baik kualitas maupun kuantitasnya. Pada waktu naik maka pada tahap-tahap pertama akan terasa ketidaktenangan di dalam dada. Kemudian orang dengan pasti menghadapi kematian. Pada ketinggian 19 kilometer, darah akan keluar dari tubuh lewat pori-pori kulit seakan-akan mendidih.
   
6.      Tentang Bintang-bintang di Langit
Di dalam surat Al-Hijr ayat 16 disebutkan:
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِى السَّمَٱءِ بُرُوْجًا وَّزَيَّنّٰهَا لِلنّٰظِرِيْنَ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang di langit dan Kami jadikan dia kelihatan indah bagi orang-orang yang memandang(nya).”

            Ahli-ahli astronomi terdahulu membagi bintang-bintang angkasa dalam 90 kelompok atau konstelasi. Termasuk dalam kelompok besar ini suatu lingkaran khayali (mintaqul buruj) yang terdiri dari zodiak-zodiak (zodiac, buruj) yang melintasi bumi secara berturut-turut dalam satu tahun penuh. Gejala ini terlihat, di semua planet dalam linkungan tata surya (solar system), karena planet-plenet itu pun bergerak dari satu zodiak ke zodiak lainnya. Pendeknya, kita dapat melihat bahwa cara pembagian yang dikarang oleh manusia ini lebih mirip dengan pelukisan atau tanda, yang lebih tepat dikatakan sebagai hasil khayalan dan tidak berdasarkan prosedur ilmiah yang cermat. Pembagian bintang-bintang angkasa ke dalam kelompok-kelompok, yang mempunyai beentuk tertentu dan mudah dikenal, adalah suatu penggambaran atau pelukisan rasa kagum yang telah membangkitkan berbagai cerita dan kepercayaan. Akan tetapi, karena ia dilukiskan dengan cara tertentu, maka orang menyukai bentuknya yang karakteristik itu. Berbicara secara ilmiah, tidaklah diragukan lagi, bahwa bentuk-bentuk ini akan tetap melekat di dalam pikiran pengamat dari bumi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan, bahwa bintang-bintang itu berada terlalu jauh dari tempat kita, yang jaraknya adalah di luar batas khayalan dan kemampuan manusia untuk menjelaskannya. Rupa-rupanya seluruh pengertian ini secara kolektif tertera dalam ayat tersebut di atas dengan gaya yang tak dapat ditiru dan dilahirkan secara murni ilmiah.
 
7.      Tentang angin sebagai faktor pengendali awan dan faktor pembuahan
Masih dalam surat yang sama yakni surat Al-Hijr ayat 22, penulis buku menungkapkan kesesuaian antara ayat ini dengan teori ilmiah yang dijelaskan oleh para ilmuwan tentang angin sebagai faktor pengendali awan dan faktor pembuahan, sebagai berikut penjelasannya:
     
وَاَرْسَلْنَا الرِّيٰحَ لَوَاقِحَ فَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَٱءِ مَٱءً فَاَسْقَيْنٰكُمُوْهُٗ

      “Dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari awan, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu….” (QS. Al-Hijr: 22)

            Di satu pihak ayat di atas dapat dipandang sebagai hal yang menunjukkan kepada kita bahwa angin itu—yang telah diketahui oleh ahli-ahli botani zaman kita ini, yang berpendapat bahwa angin merupakan faktor penting dalam pembuahan kebanyakan jenis tanaman—telah disebut dalam Kitab Suci Al-Qur’an sejak berabad-abad yang lalu sebagai alat pembuahan. Di pihak lain, angin pun merupakan faktor penting—walaupun bukan merupakan faktor utama—yang mengendalikan awan, menaburinya dengan inti (nucleus) dari kondensasi dan mengumpulkannya di angkasa menjadi hujan. Yang paling menakjubkan di dalam Al-Qur’an sehubungan dengan ini ialah, bahwa Qur’an selalu merangkaikan jatuhnya hujan dari angkasa dengan mengirim angin, yang maksudnya adalah bertiup. Istilah ilmiahnya adalah konvergensi. Kedua gejala ini, yang di dalam ayat di atas diihubungkan satu dengan yang lainnya, adalah uraian yang sesuai dengan ilmu pengetahuan. Ia menjadi prinsip pokok yang merupakan landasan untuk menjelaskan curah hujan yang lebat. Pada dewasa ini orang sudah mengetahui dengan pasti, bahwa turunnya hujan diikuti oleh proses naiknya udara ke atas dengan cara konvergensi atau konveksi, ataupun faktor-faktor lain yang sama. Kemudian udara menjadi dingin karena terjadi ekspansi. Dalam dunia ilmiah proses ini dikenal dengan sebutan pendinginan adibiatik. Apabila udara berekspansi, ia menempati, volume yang lebih besar sebagai akibat dari tekanan rendah yang terjadi pada lapisan atmosfer yang lebih tinggi. Suhunya dengan sendirinya turun, menyebabkan partikel-partikelnya kehilangan energi, demikian pula sebaliknya. Apabila udara menjadi dingin, kemampuan untuk membawa uap air akan berkurang pula. Kelanjutan dari proses ini, yaitu naiknya udara secara terus-menerus ke lapisan atmosfer yang  lebih tinggi dan terjadi pendinginan, menyebabkan ia kehilangan daya untuk membawa uap air. Ini mengakibatkan uap air berkumpul dalam bentuk tetesan-tetesan air atau kristal-kristal salju di dalam awan. Partikel-partikel ini lambat laun semakin bertambah banyak dalam kondisi yang sesuai hingga arus udara yang semakin naik kehilangan kemampuan untuk membawanya. Pada tahap inilah partikel-partikel tersebut jatuh sebagai hujan atau hujan es, atau bentuk curahan lain yang datang dari angkasa, untuk menghidupi bumi setelah mati.
           
8.      Ayat-ayat Al-Qur’an yang Merupakan Basis Meteorologi, Astronomi, dan Biologi
Bila kita pelajari lebih dalam isi ayat-ayat yang menjelaskan gejala ini, kita melihat—ditinjau secara keseluruhan—bahwa ayat-ayat tersebut merupakan basis dari meteorologi. Ambil sebagai contoh ayat berikut ini, yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah yang berbunyi:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى البَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَٱ اَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمٱءِ مِنْ مَٱءٍ فَاَحْيَابِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَٱبَّةٍۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَٱءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتِ لِّقَوِمٍ يَّعْقِلُوْنَ

            Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari angkasa berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi iru segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (S. Al-Baqarah: 164)

9.      Langit dan Makhluk Lain yang Menyerupai Makhluk di Bumi
Mengenai ini Al-Qur’an menyatakan dalam Surat Al-Anbiya:

قٰلَ رَبِّيْ يَهْلَمُ الْقَوْلَ فِى السَّمَٱءِ وَالْاَرْضِۖ

Berkatalah (Muhammad kepada mereka): “Tuhanku mengetahuisemua perkataan di langit dan di bumi…” (S. Al-Anbiya:4)

Ayat itu menyatakan bahwa di langit ada perkataan (ucapan), yang berarti bahwa di langit tentu ada makhluk yang berkata-kata atau berbicara. Setidak-tidaknya di semua angkasa dan langit terdapat pula makhluk yang menyerupai makhluk di bumi. Dan bilamana ada planet-planet di lingkungan tata surya kita atau di dalam susunan lainnya yang mengambang di ruang angkasa yang iklim serta lingkungannya memungkinkan terwujudnya kehidupan dan perkembangannya menurut apa yang dapat dibandingkan dengan kehidupan di bumi, maka tentulah ayat ini memberikan penjelasan tentang adanya wujud kehidupan di sana.

10.  Meteor, Meteorit, Sinar Kosmos: Ancaman bagi Penjelajah Angkasa
Cerita tentang meteor mengejar setan yang mencoba naik ke angkasa bukanlah cerita baru. Al-Qur’an dalam surat Al-Jin menceritakan kepada kita tentang sesuatu yang terjadi di dunia ghaib, sebagai berikut:

وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَٱءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وُّشُهُبًا. وَّاَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِۖ فَمَنْ يَّسْتَمِعِ الْاٰنَ يَجِدْ لَهٗ شِهَابًا رَّصَدًا

Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api… Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit untuk mmendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (S. Al-Jin: 8-9)

Orang telah menemukan, bahwa di sekeliling bumi terdapat lingkaran-lingkaran atau gelang-gelang sempurna yang berisi kumpulan-kumpulan besar elektron. Para ilmuwan memberi nama pada sebagian besar dari gelang-gelang angkasa tersebut dengan sebutan “sinar-sinar kosmos”.
 
11.  Matahari dan Benda Langit Lainnya Bergerak
Oleh karena matahari merupakan salah satu bintang dari bimasakti kita, yang telah menyelesaikan perputarannya semenjak adanya di ruang jagat raya ini sampai sekitar dua puluh kali putaran, maka orang memperkirakan bahwa matahari itu sendiri bersama-sama dengan anggota lainnya dalam tata surya kita—seperti juga bintang-bintang lainnya—bergerak dengan kecepatan ratusan juta kilometer per jam. Kitab suci Al-Qur’an menjelaskan fakta ini dalam suarat Yasin ayat 38, sebagai berikut:

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۖ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ

Dan matahari berjalan ke tempat yang ditentukan baginya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

12.  Tanda-tanda Hari Pembalasan
Di dalam surat Ad-Dukhan ayat 10 hal initerungkap:

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِى السَّمَٱءُ بِدُخَانٍ مُّبِيْنٍ

Maka tunggulah hari ketika langit membawa kekeringan yang nyata.

Bagaimanapun harus diakui, bahwa setiap bintang, atau matahari yang menyerupai matahari kita, pada suatu waktu mengembang sebelum memperoleh kestabilan. Terkecuali matahari kita, ia tidak mengalami proses ini dan masih tetap seperti dahulunya. Apabila terjadi matahari kita berkembang, maka apinya yang ganas dan gas-gas atmosfernya yang mudah menyala akan memenuhi ruang angkasa terdekat dan mencapai bumi kita. Itulah makna yang dikandung ayat itu.

AYAT-AYAT LAIN TENTANG GEJALA ALAM SEMESTA

1.      Gelap Mendahului Terang
Surat Al-An’am ayat 1:

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ ظُلُمٰتِ وَالنُّوْرَەۗ

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang…

Ayat ini menegaskan, bahwa di dalam semesta ini gelap mendahului terang.

2.      Bintang sebagai Penunjuk Jalan
Surat Al-An’am ayat 97:

وَهُوَالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ النُّجُوْمَ لِتَهْتَدُوْا بِهَا فِيْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ

Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya penunjuk jalan dalam kegelapan di darat dan di laut…
Ayat ini memperlihatkan dengan cara yang menakjubkan, dan dengan gaya ilmiah yang orisinal, tentang bagaimana bintang-bintang—dan bukan planet-planet lain—yang digunakan untuk menentukan arah di darat, dan bagaimana ia dipergunakan oleh para musafir di padang pasir dan ditengah lautan sebagai penunjuk jalan.

3.      Badai Laut
Surat An-Nur ayat 40:

اَوْكَظُلُمٰتٍ فِيْ بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَّغْشٰهُ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ سَحَابٌ ۖ ظُلُمٰتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍۗ اِذَٱ اَخْرَجَ يَدَهٗ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَاۗ وَمَنْ لَّمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهٗ نُوْرًا فَمَا لَهٗ مِنْ نُّوْرٍ

Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam yang diliputi oleh ombak yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya tiadalah dia dapat melihatnya; (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.

Ayat ini menerangkan dengan kecermatan yang tepat dan dengan keselarasan kata tentang badai yang sudah tentu diketahui oleh Rasulullah saw.

4.      Gunung sebagai Pasak Bumi yang Menjaga Keseimbangan
Surat An-Naba ayat 6 dan 7:

اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًا. وَّجِبَالَ اَوْتَادًا

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung sebagai pasak?

Bagian kedua (ayat 7) mengibaratkan gunung sebagai pasak, yang biasa menahan tenda berdiri kokoh apabila diikatkan kepadanya. Ini adalah suatu contoh pernyataan ilmiah yang orisinal. Tak seorang pun dapat memahaminya kecuali mereka yang ahli di bidang geologi.

5.      Al-Qur’an Membedakan Pengertian Sinar Matahari dan Cahaya Bulan
Di dalam surat Yunus ayat 5:

هُوَالَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَٱءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bula bercahaya…

Al-Qur’an di sini menerangkan suatu gejala yang amat penting. Matahari memancarkan kepada kita “sinar yang tidak hanya member cahaya”, yang berarti menerangu akan tetapi juga memberikan panas (melalui sebagian besar dari radiasi matahri sebesar separo energinya yang dipencarkan kepada kita dan ruang angkasa) yang memanaskan materi serta benda-benda yang merintangi jalannya. Al-Qur’an menyajikan pengertian-pengertian ini pada tingkatan ilmiah. Ia membedakan antara “sinar” (radiasi, pancaran) yang berasal dari matahari dan “cahaya” yang dating dari bulan. Yang pertama digambarkan sebagai cahaya yan bersumber pada dirinya sendiri, sedangkan yang kedua memberikan cahaya yang bersumber dari benda lain.

6.      Bumi Berbentuk Elips
Di dalam surat Ar-Ra’d ayat 41 dinyatakan:

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا نَأْتِ الْاَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ اَطْرَافِهَاۗ

Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami dalam mengendalikan bumi Kami kurangi tepi-tepi luarnya sedikit demi sedikit…

Ayat ini menunjuk pada kenyataan, bahwa semenjak diciptakan bumi bumi ini terkikis pada ujung-ujung sumbunya. Dalam keterangan ini terdapat uraian mengenai suatu gejala alam semesta yang belum diketahui para ilmuwan belum lama ini. Penyelidikan ilmiah yang dilakukan terhadap bentuk bumi membuktikan, bahwa garis tengah yang menghubungkan kedua kutubnya dengan perlahan berkurang tapi ajeg.

7.      Bumi Berputar Mengelilingi Diri Sendiri, Munculnya Siang dan Malam
Dalam surat Az-Zumar ayat 5 disebutkan:

خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ ۚ يُكَوِّرُ الَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (perimbangan yang) benar, Dia menciptakan malam atas siang…

Ini adalah sebagai tambahan terhadap fakta lain, bahwa dipermukaan bumi kita ini ada siang dan malam di saat yang bersamaan. Telah diketahui, bahwa pada waktu Benua Amerika diselimuti oleh malam, maka “benua-benua tua” berada di siang hari. Telah diketahui juga, bahwa malam datang dari barat kke timur, menyelubungi bumi dan atmosfernya, dan menutupi apa yang diterangi pada siang hari. Inilah yang ditunjukkan oleh ayat tersebut, yang membuat kita kita kagum dalam cara melukiskan bentuk bumi, perputaran dan hubungan antara perputaran mengelilingi dirinya sendiri dengan munculnya siang dan malam.













MENGENAL ALLAH LEWAT SAINS MODERN
(Abdul Rozaq Naufal)

Bagian Pertama
Hukum Alam
1.      Tentang Alam
            Posisi bumi tempat kita hidup berada jauh dari matahari yang panasnya dapat mencapai 12000 derajat Fahrenheit. Jaraknya keduanya, yaitu sekitar 92500 juta mil, sedangkan jarak bumi dan bulan sekitar 240000 mil. Jarak inilah yang cukup dan sesuai dengan kehhidupan makhluk-makhluk di bumi. Bumi berputar pada porosnya dengan  kecepatan 10000 mil perjam. Seandainya kecepata rata-ratanya kurang dari angka tersebut, niscaya siang akan bertambah panjang sehingga kekeringan akan melanda tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Malam pun akan bertambah lama sehingga musim dingin akan mengurangi benih-benih kehidupan.
             Lihatlah siklus air yang ada di bumi, niscaya Anda akan mengetahui, bahwa semua fenomena itu diciptakan dengan disertai sebuah system yang begitu sempurna. Apakah semua peristiwa tersebut terjadi secara kebetulan? Lihatlah putaran bumi yang berputar mengelilingi matahari, yang kemiringan porosnya menjadi 23 derajat. Bagaimana mungkin terjadi pergantian musim di dalam satu tahun, mulai musim dingin, musim semi, kemusdian musim panas, jika porosnya tidak miring? Seandainya bumi tidak berputar mengelilingi matahari, tetesan-tetesan air yang menguap dari laut akan jatuh di dua tempat saja, yaitu utara dan selatan. Jika demikian, seluruh benua akan megalami kebekuan dan kepanasan sepanjang masa.

2.      Keseimbangan Sistem
Artinya:
            “Allah mempergantikan malam dan siang, sesungguhnya pada yang demikian menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (S. An-Nur: 44)

            Berpindahnya posisi matahari pada rasi bintang akan mengakibatkan perbedaan masa pada siang dan malam sesuai dengan perbedaan musim. Perbedaan ini akan terus berlanjut silih berganti. Oleh karena itu, di dalam satu tahun, semua makhluk hidup yang berada di muka bumi akan tumbuh. Makhluk hidup itu akan mengalami masa gelap dan terang masing-masing enam bulan sekali.

3.      Pelajaran dari Alam
Artinya:
”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya Kamilah yang meluaskannya.” (S. Adz-Dzahab: 47)

Philipin mengungkapkan di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Memandang ke Langit bahwa sesungguhnya alam itu lebih luas dan lebih besar dari apa yang kita pikirkan. Benda-benda yang jauh dari bumi beterbangan di angkasa dengan kecepatan yang sangat menakutkan. Para astronom menyatakan bahwa kumpulan rasi bintang kita terdiri atas ratusan ribu bintang. Banyak orang menyangka bahwa di antara bintang-bintang tersebut hanya terdapat ruang hampa belaka. Padahal, sebenarnya bintang-bintang itu mengandung gas dan unsur materi yang berbeda-beda. Philipin menambahkan bahwa sesungguhnya alam berikut bintang-bintang yang jumlahnya tidak terbatas memiliki bentuk berbeda-beda, dan tersebar di segala arah, hanya terlihat seperti percikan-percikan cahaya petasan. Akan tetapi, cahaya yang tampak kemudian hilang itu hanya merupakan pandangan mata manusia saja yang mampu menangkap cahaya dari bintang-bintang kecil. Padahal, cahaya itu jumlahnya berjuta-juta hingga tidak dapay antara satu dengan yang lainnya.
Ilmu pengetahuan modern menegaskan bahwa kecepatan cahaya mencapai 186000 mil perdetik. Di antara bintang-bintang itu, ada yang mengirim cahaya dan sampai kepada kita dalam waktu satu menit. Namun, ada juga bintang-bintang yang cahayanya sampai kepada kita setelah satu bulan.
Bumi terdiri atas lapisan-lapisan udar yang tingginya mencapai ratusan mil. Lapisan udara inio tersusun dari unsure oksigen, nitrogen, karbondioksida, uap air, ozon, dan gas-gas yang mamiliki kadar tertentu. Pada awal tahun 1977, sebuah lemabaga penelitian ilmiah mengungkapkan bahwa banyaknya pengguna semprotan pewangi rambut yang mengandung zat kimia oleh para wanita untuk menambah kecantikan, akan mengurangi lapisan-lapisan karbon pada ozon.

4.      Alam dan Isinya
Artinya:
            “Maka apakah mereka tidak memerhatikan langit di atas mereka, bagaimana kami membangunnya dan menghiasinya dan tidak ada padanya keretakan?” (S. Qaaf: 6)

            Sichna mengatakan, “Tidak akan mampu seseorang menengadahkan pandangannya ke langit, keculai dia akan tertunduk dengan perasaan rendah hati. Hal itu, karena dia menyaksikan berjuta-juta bintang yang terang benderang, dan rotasi pergerakan dan ketinggiannya selalu terjaga.”

5.      Bumi
            Bumi adalah salah satu di antara planet-planet yang berputar mengitari matahari dan diikuti oleh benda-benda langit lainnya. Bentuk bumi hampir mirip dengan bola. Hanya saja, bumi sedikit melengkung tepat di atas garis khatulistiwa dan merata pada dua kutub. Panjang diameter horisontalnya sekitar 79000 mil dan diameter vertikalnya mencapai 9727 mil. Garis lingkar luarnya di antara dua kutub sekitar 24220 mil, dan garis lingkar sekitar khatulistiwa sekitar 24900 mil. Hamparan permukaannya mencapai 200 juta mil persegi. Luas daratannya sekitar 50 juta mil persegi, sedangkan luas perairannya mencapai 150 juta mil persegi.
            Sejak zaman dahulu, manusia berusaha memperkirakan usia planet bumi. Pada abad ke-17, pendeta James Authur mengatakan bahwa sesungguhnya keberadaan ala mini dimulai sejak tanggal 26 oktober 4004 tahun sebelum Masehi. Adapun di dalam salah satu kitab suci India disebutkan bahwa ala mini telah berusia 1.973.949.056 tahun. Sebuah pernyataan terbaru yang berdasarkan observasi bintangt dengan metode ilmiah yang dilakukan olah Lake, Moufaz, Yalson, dan Wulmar menyebutkan bahwa usia dari planet bumi sekitar 5.400.000.000 tahun. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam angka ini, yaitu mendekati 20%. Berat bumi mencapai 7000.000.000.000.000.000.000 ton. Coba bayangkan benda seberat ini tergentung di langit, maka apakah tidak akan beriman kepada Allah bagi orang-orang yang merenungkan angka tersebut, dan memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat pada benda itu?

6.      Palnet Mars
            Panjang diameternya tidak lebih dari 0,5 +35 mil dari diameter bumi. Jarak dari matahari sekitar 141 juta mil. Mars berputar mengelilingi matahari di dalam 686 hari atau satu tahun menurut perhitungan waktu planet Mars. Disebutkan bahwa di atas permukaan Mars terdapat gumpalan salju khususnya di bagian kutub. Ketika hujan mengguyurnya dengan keras, gumpalan salju mmencair dan membentuk sungai-sungai. Sungai-sungai yang terbentuk pada zaman dahulu tersebut telah mongering. Akan tetapi tanda-tanda bekas adanya aliran sungai pada tempat tersebut masih dapat terlihat. Selain itu, observasi ilmiah menyebutkan adanya kandungan gas di dalam udara planet Mars seperti halnya udara bumi. Hanya saja, unsure oksigennya jauh lebih sedikit disbanding oksigen  yang terdapat pada lapisan udara di bumi.

7.      Bulan
            Bulan adalah benda lngit yang paling dekat dengan bumi dan bentuknya paling kecil di antara benda-benda langit yang bergerak mengitari bumi. Perputaran bulan dan mataharilah yang menyebabkan timbulnya penentuan  jarak dan waktu.
Lord Afprit menyebutkan, “Sesungguhnya di atas permukaan bulan yang tandus terdapat gunung-gunung berapi yang sangat besar, namun tidak aktif. Ketinggiannya mencapai 42 ribu kaki ditambah 13 ribu kaki dari atas puncak gunung yang ada di bumi. kawah gunung berapi tersebut sangat besar hingga diameternya mencapai 100 mil. Usianya pun berjuta-juta tahu lebih tua dari usia pegunungan yang ada di bumi.

8.      Matahari
            Matahati adalah benda langit yang dipenuhi nyala api. Diameternya lebih dari satu sepertiga juta kilometer. Luasnya mencapai 325 kali dari bumi. Beratnya sekitar 332 kali dari berat bumi. Suhu di dalam perut matahari mencapai sekitar 20 juta derajat Celcius, sedangkan suhu permukaannya sekitar 9900 derajat Celcius. Dari permukaan ini terpancar nyala api yangtingginya mencapai 500000 km. Panasnya terus menyala di angkasa dengan kekuatan 167400 H.P (Horse Porer) pada setiap satu meter persegi.
Permukaan matahari mengandung unsure tegangan listrik dan magnetis yang sangat dahsyat. Yang mencengangkan para ilmuwan adalah bahwa matahari sebagaimana pengetahuan mereka terhadap lapisan-lapisan bumi, masih tetap megeluarkan panas dengan kadar yang sama sejak jutaan tahun yang lalu. Dr. Thomas Gold, wakil direktur observasi Graintisy, mengumumkan bahwa sebuah ledakan telah terjadi di matahari pada tanggal 13 Februari 1956. Daya ledaknya sama dengan ledakan jutaan bom hidrogenis. Ladakan ini telah mengakibatkan bumi tertimpa hujan cahaya. Ia berkata, “Penambahan cahaya secara besar-besaran terhadap bumi dimulai pada 3.45 am. (GMT) dan berlangsung selama dua jam. Tambahan cahaya yang mmenimpa bumi dari cahaya alam tersebut adalah yang terbesar sepanjang sejarah.

9.      Bintang dan Planet-planet
            Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, comet, meteor, dan bintang-bintang yang jumlahnya tidak terbatas, memiliki bentuk lebih besar dari apa yang kita pikirkan. Misalnya, rasi Yaman adalah sebuah bintang yang ukurannya 500 kali lebih besar dari pada matahari. Cahayanya lebih redup dari cahaya matahari. Letaknya satu juta lebih jauh dari jarak matahari kita. Bintang tersebut tampak diam, tidak bergerak apabila dilihat oleh mata kita. Padahal sebenarnya, ia bergerak di angkasa dengan kecepatan 1000 mil per menit.

10.  Rahasia Alam
Rahasia-rahasia yang terdapat di langit terletak pada sejumlah bintang antara rahasia tersebut, salah satunya ditemukan oleh Dr. Syamdetch pada malam tanggal 24 November 1876. Ia menemukan sebuah bintang yang diberi nama Nafasen. Ia mengaku telah meneliti rasi bintang selama empat hari sebelu menemukan bintang tersebut. Ia menegaskan bahwa pada awalnya, tidak ada kesan sama sekali dari bintang tersebut meskipun kilatan cahayanya sangat cepat dan bentuknya dua kali lebih besar dari bentuk bintang lainnya.
            Akan tetapi, setelaah berjalan selama satu minggu, cahayanya kemudian berkurang. Pada minggu berikutnya cahayanya hilang secara keseluruhan hingga hampir tidak dapat dilihat, kecuali dengan mempergunakan teleskop. Setelah itu, cahayanya sama sekali tidak dapat dilihat. Disebutkan bahwa  kejadian itu kembali kepada pembakaran yang diakibatkan benturan yang terjadi padanya, sementara bentuknya sama dengan matahari. Adapun proses terjadinya benturan itu dan lenyapnya pembakaran dahsyat tersebut masih menjadi teka-teki.

Bagian Kedua
Keajaiban-keajaiban di dalam Kehidupan

1.      Manusia dan Makhluk Bersel Satu
Artinya:
            “Maka hendaklah manusia memerhatikan dari apakah dia diciptakan.”
(S. At-Thariq: 5)

Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa pada dasarnya manusia hanya bersel satu. Sel ini kemudian membentuk tulang belakang dan tulang rawan serta daging. Sel ini pulalah yang merekatkan aliran-aliran darah, kemudian membentuk lapisan-lapisan kulit tipis serta bulu mata yang halus. Dari sel tersebut juga muncul penglihatan, pendengaran, dan rasa. Sekaligus sel ini pula yang berfungsi menentukan tinggi, pendek, putih, dan hitamnya seseorang.
Pada tahun 1964, para ilmuwan bersujud mengakui kekuasaan Sang Pencipta ketika mereka menemukan unsur-unsur yang tidak diketahui susunannya pada sel-sel. Unsur tersebut berfungsi menjaga kehidupan sel-sel dengan menghilangkan bahaya yang mengancamnya.

2.      Janin
Lihatlah kondisi janin. Bagaimana dia dapat memakam makanan di dalam perut ibunya. Bagaimana pula dengan tali yang menginkatnya dengan ibunya sehingga ia dapat mengambil makanan melalui tali tersebut. Jika semua itu direnungkan, tidak ada yang dapat kita perbuat, kecuali mengakui kekuasaan Sang Pencipta yang menciptakannya sangat teliti.

3.      Kelahiran
Artinya:
            “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu sedang kamu tidak mengetahui sesuatu dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati supaya kamu bersyukur.” (S. An-Nahl: 78)

            Ketika usia kandungan menginjak masa-masa terakhir, kelenjar-kelenjar kewanitaan pun terpancar dengan tujuan yang berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan kelenjar susu. Suatu hal yang menakjubkan adalah Allah menjadikan cairan ini ibarat sebuah bahan kimia yang dapat melindungi sang bayi dari berbagai macam penyakit.

4.      Kulit Manusia
Tubuh dibalut oleh sebuah penutup yang sangat rapat dan di dalamnya tersembunyi sejumlah rahasia. Penutup tubuh tersebut adalah kulit. Ia merupakan tanda yang peling menakjubkan atas keagungan Sang Pencipta. Kulit tidak tertembus air maupun dengan gas meskipun ia memiliki toleransi dalam membantu pengeluaran air dari dalam tubuh.
Jadi, tidaklah berlebihan pernyataan Dr. Richald Cabhut mengenai hal ini. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan telah meletakkan sebuah kekuatan besar di dalam tubuh kita yang dapat menyembuhkan penyakit. Para dokter telah berusaha mencotohnya meskipun dengan cara berbeda, yaitu melalui operasi atau pemberian obat lainnya. Kekuatan tersebut tidak pernah berhenti dalam memberikan kontribusi terhadap kekebalan tubuh kita untuk menghilangkan penyakit dan rasa sakit.
 
5.      Indera Pendengaran, Penglihatan, dan Penciuman
Indera pendengaran berawal dari telinga nagian luar, sedangkan ujung dari indra tersebut tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Allah. Apakah ada yang lebih menakjubkan dari perkataan Chourthi, seorang ahli yang menegaskan bahwa sesungguhnya bagian dalam telinga terdiri atas saluran-saluranyang bentuknya mirip dengan sekrup dan melengkung setengah lingkaran.
Indra penglihatan berpusat pada mata. Syaraf-syarafnya mampu menangkap 130 juta cahaya. Syaraf-syaraf tersebut terbalut oleh kelopak mata yang memiliki bulu-bulu lentik dan senantiasa melindunginya siang dan malam. Adapun cairan yang terdapat pada mata, atau yang dikenal dengan air mata adalah sebuah pembersih yang sangat kuat. Caaiaran ini juga berfungsi memperlancar gerakan mata.
Penciuman adalah indra yang sungguh menakjubkan. Pusat indra ini adalah sebuah daerah kecil yang terdiri atas selaput llendir (mucosa) yang berfungsi mengeringkan hidung. Daerah ini disebut wilayah penciuman. Pada daerah ini tidak terdapat bulu-buluan, melainkan hanya dihuni oleh sel-sel penciuman yang panjang dan halus, dan berfungsi menghantar objek ke otak. Satu hal lagi yang menakjubkan yang mampu ditemukan oleh ilmu pengetahuan, yaitu mengenai rongga hidung. Ternyata organ ini berupa selaput otak keras yang penuh dengan udara dan terdapat di dalam tengkorak kepala.

6.      Tulang
Tulang pada manusia menjadi bukti luar biasa atas konstruksi Tuhan yang kita sembah. Tualng tersebut saling bersambungan melalui sendi yang berfungsi menggerakan otot. Hikmah dari keterkaitan kerangka tulang ini lebih besar dari apa yang mestinya dijelaskan. Salah satunya adalah mempermudah gerakan seluruh tubuh tanpa kendala sama sekali. Tulang tersebut merupakan subsidi karena berperan sebagai pembentuk sel-sel darah. Adapun unsur kesesuaian tulang yang diciptakan terhadapnya tidak terlepas dari pemandangan menakjubkan.
Telah ditemukan pula bahwa manusia mempunyai kepala yang sejarahnya kembali kepada dua setengah juta tahun yang lalu. Tengkorak kepala ini dianggap sebagai manusia pertama yang dikubur. Fosilnya ditemukan pada salah satu gunung di padang pasir di sebelah timur Danau Rudolf di Kenya. Fosil manusia yang ditemukan itusama sekali tidak berevolusi dari satu makhluk yang menyerupai kera. Akan tetapi, bentuk tersebut telah ada sejak lebih dari 2,5 juta tahun yang lalu. Penemuan dan pembuktian fosil manusia ini merupakan akhir dari kejayaan teori Darwin. Sesungguhnya manusia diciptakan dengan penciptaan yang berasal dari zatnya sendiri. Ia tidak berasal dari kera dan dari hewan lainnya. Bukankah semua yang dikatakan Al-Qur’an itu benar?

Artinya:
            “Sesungguhnya kami menurunkan Kitab kepadamu untuk manusia dengan (membawa) kebenaran, maka barang siapa yang mendapat petunjuk, maka petunjuk itu untuk dirinya, dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya (kesesatan itu) untuk dirinya; dan tiadalah engkau pelinndung atas mereka.” (S. Az-Zumar: 41)

7.      Ilmu Genetika
a.      Keturunan Dekat dan Keturunan Jauh
Artinya:
            “Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu, anak perempuan, saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara perempuanmu, ibu-ibu yang menyusukanmu, saudara-saudara perempuan susuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak tiri yang dalam pemeliharaanmu, dari istri yang pernah kamu campuri; tetapi jika kamu belum mencampuri mereka, maka tidaklah berdosa atasmu (mengawini anak tiri itu), istri-istri anak kandungmu (menantu) dan mengumpulkan (mengawini) dua perempuan yang bersaudara, kecuali pada yang telah lalu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (S. An-Nisa: 23)
           
            Al-Qur’an mengharamkan bagi manusia untuk menikahi orang-orang yang telah disebutkan pada ayat tersebut di atas. Ilmu genetika mengatakan bahwa jika kedua orang tua mempunyai pertalian darah satu sama lain, atau mereka memiliki hubungan kekerabatan kemudian menikah maka pernikahan itu disebut sebagai pernikahan keluarga. Keturunan yang lahir fari keduanya juga disebut keturunan dekat. Jika keduanya tidak mempunyai hubbungan apa-apa, dan masing-masing berasal dari keluarga jauh maka pernikahan itu disebut pernikahan jauh. Keturunan yang lahir dari keduanya pun disebut keturunan jauh.
            Beberapa ahli telah melakukan percobaan pada beberapa generasi makhluk hidup yang berbeda di antaranya Cramb pada tahun 1883, Witsamius pada tahun 1894 dan yang lainnya. Percobaan yang mereka lakukan membuahkan hasil berupa suatu kesimpulan, yaitu perkawinan antara orang-orang yang memiliki hubungan keluarga cenderung menghasilkan keturunan yang rawan terkena penyakit. Biasanya anak yang lahir pun akan mempunyai cacat fisik.
            Teori ini menjelaskan ayat-ayat yang mulia kepada kita sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an bahwa sesungguhnya Nabi Nuh a.s. mengambil setiap makhluk hidup secara berpasang-pasangan ke dalam perahunya, bukan satu pasang saja. Tujuannya adalah agar mereka dapat melangsungkan pernikahan.

b.      Menentukan Jenis pada Manusia
Mengenai penentuan jenis kandungan ini, Al-Qur’an telah menjelaskan secara gambalang bahwa spermalah yang berperan menentukan jenis pada manusia. Allah SWT berfirman, “Bukankah dia dahulunya setetes air mani yang dipancarkan. Kemudian menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptalannya dan menyempurnakannya, maka Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan?” (S. Al-Qiyamah: 39)

8.      Ilmu Metafisika
a.      Keberadaan Roh
Tema ini masih menjadi pokok pembicaraan pada beberapa universitas dan lembaga-lembaga lainnya sampai sekarang. Hasil yang dicapai oleh ilmu pengetahuan ini (tentang roh) merupakan sebuah dukungan bagi ilmu pengetahuan secara dan para ahli. Yang menakjubkan adalah semua hasil yang dicapai oleh ilmu ini telah disebutkan terlebih terlebih dahulu di dalam Al-Qur’an sejak ribuan tahun yang lalu dengan begitu jelas ada kesamar-samaran lagi.
Kisah penciptaan manusia yang terdiri atas jasad dan roh muncul di dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada beberapa surat. Di antaranya, Allah SWT berfirman:

Artinya:
            “(igatlah) ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat. Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila Aku telah menyempurnakannya dan Aku meniupkan kepadanya dari roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tunduk sujud kepadanya.” (S. Shaad: 71-72)

b.      Kekekalan Roh
Di dalam surat Al-Fajr, Allah SWT berfirman,

Artinya:
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surge-Ku.” (S. Al-Fajr: 27-30)

Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya jiwa atau roh akan kembali kepada Tuhannya setelah manusia meninggal dunia. Ilmu pengetahuan modern menegaskan bahwa setelah meninggalkan jasadnya, roh akan menempati sebuah tempat. Buku-buku yang membahas masalah ini sangat beragam, dan semuanya sepakat bahwa roh akan tetap hidup setelah manusia meninggal dunia, sehingga apa yang kita sebut sebagai mati, hanyalah sebuah fase yang telah ditentukan oleh Yang Maha Mengetahui.

c.       Sakratul Maut
Di dalam surat Qaaf, Allah SWT berfirman:

Artinya:
“Dan datanglah sakratul maut dengan sebenarnya. Demikianlah yang kamu tidak dapat melarikan diri.” (S. Qaaf: 19)

Maksud ayat ini adalah kematian itu mempunyai sakratul maut atau dengan kata lain disebut anestetik. Allah menjadikan tidur itu sebagai mati sementara, dan menjadikan mati itu sama dengan tidur. Kedua kondisi tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap manusia, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Ilmu kedokteran modern pun mengatakan, “Kondisi kematian adalah kondisi anestesik (dibius). Semua denyut jantung terasa lemah dari yang sebelumnya dalam memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jika tekanan darah sudah semakin berkurang, otak pun akan berhenti bekerja hingga organ vital pada tubuh pun tidak berfungsi. Pada saat itu, manusia menyambut datangnya kehidupan baru.” Yang menakjubkan adalah pernyataan para ahli dalam hal ini tidak lain, kecuali lafazh-lafazh yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan keserupaan mati dan tidur, sakratu maut, dan kehidupan setelah mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar